JAKARTA – Lembaga pengkajian logistik, Supply Chain Indonesia, meminta pemerintah mengkaji ulang penetapan tiga pelabuhan di Banten menjadi penopang Pelabuhan Tanjung Priok guna mengurangi waktu inap barang.
Chairman Supply Chain Indonesia Setijadi mengatakan penetapan pelabuhan penopang Tanjung Priok harus memperhatikan pola distribusi barang dari dan menuju pelabuhan terbesar di Indonesia itu.
Menurutnya, pengalihan Tanjung Priok ke tiga pelabuhan di Banten, yakni Pelabuhan Cigading, Pelabuhan Merak Mas, dan Pelabuhan Ciwandan memang bisa menjadi solusi mengatasi keterbatasan fasilitas Pelabuhan Tanjung Priok.
“Namun, penetapan pelabuhan-pelabuhan baru itu hendaknya mempertimbangkan pula distribusi volume keluar masuk barang,” ujarnya di Jakarta, Minggu (27/3).
Sampai saat ini, dia menjelaskan volume barang di Pelabuhan Tanjung Priok sekitar 70% berasal dari wilayah timur DKI Jakarta. Selebihnya, sekitar 20% diangkut dari wilayah tengah dan selatan, dan 10% sisanya menuju dari wilayah barat Jakarta.
Pilihan Pengusaha
Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Yukki N. Hanafi menegaskan pihaknya mendukung rencana Tim Satgas Dwelling Time yang dibentuk oleh Kemenko Bidang Maritim dan Sumber Daya. Namun, dia meminta Tim Satgas Dwelling Time membuka semua rencana tersebut dari sisi efisiensi biaya.
“Kita sebagai pengusaha tentu akan memilih mana yang efektif dan efisien,” tegasnya.
Sumber dan berita selengkapnya:
BIsnis Indonesia, edisi cetak 28 Maret 2016