
Rencana relokasi aktivitas bongkar muat barang ke Pelabuhan Bagendang, Kecamatan Mentaya Hilir Utara, mendapat tanggapan dari perusahaan pelayaran PT Dharma Lautan Utama (DLU). Perusahaan tersebut meminta agar tetap diizinkan melayani bongkar muat penumpang dan barang di Pelabuhan Sampit.
“Kami berharap pemerintah daerah mengkaji ulang rencana ini. Kapal kami mengangkut penumpang sekaligus barang. Jika harus dua kali sandar, jelas tidak efisien,” ujar Manajer DLU Cabang Sampit, Hendrik Sugiharto, Sabtu (31/5). DLU mengoperasikan kapal jenis roll-on/roll-off (RoRo) yang mengangkut kendaraan, barang, dan penumpang dalam satu pelayaran.
Jika relokasi diberlakukan, kapal harus membongkar barang di Bagendang dan melanjutkan pelayaran ke Sampit untuk menurunkan penumpang. Menurut Hendrik, kebijakan tersebut tidak hanya menyulitkan secara teknis dan administratif, tetapi juga berisiko meningkatkan biaya logistik. Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur sebelumnya menyatakan bahwa relokasi dilakukan untuk menata wajah kota dan mengurangi beban lalu lintas truk besar di pusat kota.
Selain itu, pengalihan aktivitas ke Pelabuhan Bagendang diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan keteraturan distribusi logistik. Namun, menurut DLU, kebijakan itu justru bisa berdampak pada kenaikan harga barang di pasaran.
“Saat kapal bersandar di Pelabuhan Sampit, barang langsung bisa masuk ke pasar. Kalau dipindahkan ke Bagendang, biaya distribusi bertambah dan harga bisa ikut naik,” kata Hendrik. Ia juga menyoroti kondisi alur sungai yang dangkal di beberapa titik antara Pelabuhan Bagendang dan Pelabuhan Sampit.
Sumber dan berita selengkapnya:
https://www.prokal.co/kalimantan-tengah/1776086947/aturan-baru-kapal-harus-sandar-dua-kali-biaya-logistik-naik-lagi-harga-barang-di-sampit-berpotensi-melambung-tinggi
Salam,
Divisi Informasi