
Pelabuhan Tanjung Priok yang menjadi simpul utama arus keluar masuk barang ekspor-impor Indonesia menghadapi tantangan serius pada April 2025 seiring dengan adanya kemacetan panjang yang menghambat distribusi logistik.
Lonjakan truk logistik yang masuk pasca-Lebaran menyebabkan kemacetan parah di sekitar gerbang New Priok Container Terminal One (NPCT1), menandakan masih adanya persoalan mendasar dalam pengelolaan akses transportasi dan distribusi logistik nasional.
Senior Consultant Supply Chain Indonesia (SCI), Sugi Purnoto mengatakan, kemacetan tersebut dipicu oleh meningkatnya volume truk kontainer serta tingginya tarif Jalan Tol Cibitung-Cilincing. Alhasil, kondisi ini memaksa banyak armada logistik untuk mencari jalur alternatif seperti JORR-1 dan Tol Pelabuhan, sehingga menimbulkan kepadatan lalu lintas di ruas-ruas tersebut. Ketimpangan distribusi kendaraan pun tak terhindarkan.
Menurutnya, kemacetan di kawasan Pelabuhan Tanjung Priok tak hanya menghambat pergerakan logistik, tetapi juga memicu kerugian ekonomi yang signifikan. Dampak langsung dari kepadatan tersebut di antaranya yakni waktu produktif yang terbuang, kenaikan biaya operasional, hingga terganggunya rantai pasok.
“Terlepas dari kapasitas volume dan lonjakan jumlah truk yang masuk ke terminal pelabuhan, kemacetan tersebut bisa diminimalisir. Salah satunya, dengan membuka akses jalur alternatif dan mengintegrasikan jalan tol eksisting menuju ke Pelabuhan Tanjung Priok,” ujar Sugi dalam keterangannya, Kamis (22/5/2025).
Sumber dan berita selengkapnya:
https://ekonomi.bisnis.com/read/20250522/98/1879101/distribusi-logistik-tersendat-pemerintah-diminta-percepat-integrasi-tol-jabodetabek
Salam,
Divisi Informasi