
Oleh: Ir. Hasanuddin Yasni, M.Sc.
Ketua Asosiasi Rantai Pendingin Indonesia
Dewan Pakar Supply Chain Indonesia
Emisi karbon yang menyumbang cukup banyak terhadap perubahan iklim hingga iklim ekstrim sudah banyak dibicarakan dan menjadi prioritas utama dunia di dalam mengatasinya. Perubahan iklim yang signifikan menyebabkan selain ruang udara menjadi kurang baik untuk kehidupan, juga menjadi penyebab menurunnya produktivitas hasil pertanian yang diperlukan sebagai ketersediaan pangan dunia.
Sektor logistik turut menyumbang emisi karbon ini dalam jumlah yang signifikan yang membuat laju pemanasan global bertambah cepat (perubahan iklim). Logistik yang dimaksud mencakup kegiatan pengiriman (transportasi) dan penyimpanan (storage). Data dunia mencatat emisi karbon global naik 5-7% setiap tahunnya (25%-nya dari transportasi logistik).
Green logistics adalah pendekatan untuk meminimalkan semua dampak negatif terhadap lingkungan dari aktivitas bisnis logistik, terutama jejak karbon. Ini artinya seluruh kegiatan dalam rantai pasok dan penyimpanan serta pengkemasan di sektor logistik harus minim dari emisi karbon, tidak merusak lingkungan dan mengadopsi prinsip keberlanjutan.
Menyikapi pertumbuhan logistik, khususnya logistik berpendingin untuk pengiriman dan penyimpanan produk yang peka akan perubahan temperatur karena sifat kimia, fisik, dan mikrobiologinya, teknologi tepat guna di dalam pengadaan infrastrukturnya menjadi perhatian utama. Cold chain logistics menjadi pemberitaan utama tentang pangan global karena perubahan iklim yang begitu cepat dengan cuaca ekstrimnya.

Apa saja yang menjadi fokus penanganan logistik rantai dingin yang merentang dari first mile ke last mile atau rantai pasokan dengan penyimpanan dan pengiriman akhir ke konsumen, meliputi:
- Green Harvesting
Pada tahap ini, praktik panen berkelanjutan diterapkan untuk memastikan efisiensi energi dan pengurangan limbah. Penggunaan metode panen yang ramah lingkungan, seperti pemilihan waktu panen yang tepat dan teknik yang meminimalkan kerusakan produk dapat mengurangi kebutuhan pendinginan lebih lanjut. - Green Production
Produksi hijau melibatkan penggunaan teknologi dan proses yang mengurangi emisi karbon dan konsumsi energi. Misalnya, penerapan sistem manajemen energi yang efisien dan penggunaan sumber energi terbarukan dalam proses produksi dapat mengurangi dampak lingkungan. - Green Processing
Pengolahan hijau fokus pada pengurangan limbah dan efisiensi energi. Ini termasuk penggunaan peralatan hemat energi, daur ulang air, dan pengelolaan limbah yang efektif untuk meminimalkan dampak lingkungan selama proses pengolahan produk. - Green Distribution
Distribusi hijau melibatkan praktik logistik yang meminimalkan kerusakan lingkungan. Ini dapat mencakup optimalisasi rute pengiriman untuk mengurangi konsumsi bahan bakar dan emisi karbon, serta penggunaan kendaraan ramah lingkungan. - Green Shipment
Pengiriman hijau menekankan pada pengurangan emisi selama transportasi. Penggunaan moda transportasi yang efisien energi, seperti kereta api atau kapal laut, serta penerapan teknologi untuk memantau dan mengoptimalkan suhu selama pengiriman, dapat memastikan produk tetap dalam kondisi optimal dengan dampak lingkungan minimal. - Green Storage
Penyimpanan hijau melibatkan penggunaan fasilitas penyimpanan yang efisien energi dan ramah lingkungan. Misalnya, penggunaan sistem pendingin hemat energi dan penerapan teknologi untuk memantau suhu secara real-time dapat memastikan kualitas produk tetap terjaga sambil mengurangi konsumsi energi.
Proses greening (hijau – ramah lingkungan) yang berhubungan dengan makanan, minuman, farmasi, dan jenis produk lainnya yang peka temperatur, memerlukan bahan pendingin (refrigerant) yang bukan hanya ramah lingkungan, tetapi juga harus berkelanjutan, serta pasokan sumber energi menjadi syarat utama.
Pemakaian seperti panel surya, passive refrigerant, dan lainnya akan sangat membantu di dalam menjaga energi berkelanjutan yang menjadi syarat utama. Refrigeran seperti isobutana (R600a), propana (R290), dan propilena (R1270) adalah contoh refrigeran hidrokarbon yang memiliki Ozone Depleting Potential (ODP) nol dan Global Warming Potential (GWP) rendah, sehingga tidak merusak lapisan ozon dan memiliki dampak minimal terhadap pemanasan global (Sirlong Group, 2022).

Selain itu, penerapan teknologi energi terbarukan seperti panel surya dan sistem refrigerasi pasif dapat membantu menjaga keberlanjutan energi dalam rantai pasok. Penggunaan refrigeran aktif yang ramah lingkungan, seperti freon dengan GWP rendah, amonia (R717), dan karbon dioksida (CO₂), juga berperan penting dalam mengurangi dampak lingkungan serta meningkatkan efisiensi energi (BJT Indonesia, 2024).
Namun, tantangan dalam penerapan green logistics masih perlu diperhatikan, termasuk ketersediaan teknologi kendaraan yang rendah dan kualitas bahan bakar yang kurang mendukung. Di Indonesia, misalnya, standar emisi kendaraan masih berada pada level Euro 2, sementara negara lain di ASEAN telah menerapkan standar yang lebih tinggi.
Montreal Protocol ataupun Kigali Protocol telah membuat peraturan di dalam penerapan logistik berpendingin, baik untuk ruangan dingin domestik dan komersial untuk penyimpanan dan pengiriman produk peka temperatur, juga untuk ruangan dingin tempat tinggal penduduk. Semua berfokus pada penggunaan bahan pendingin (refrigerant) yang tidak merusak lapisan ozon ataupun menimbulkan efek rumah kaca (Yasinta, 2015).
Manfaat penerapan green logistics dalam kegiatan di bisnis logistik, sebagai berikut:
- Efisiensi biaya
Dengan mengoptimalkan rute pengiriman dan menggunakan kendaraan yang lebih efisien, perusahaan dapat mengurangi konsumsi bahan bakar dan biaya operasional. Sebagai contoh, DHL berhasil mengurangi 450.000 ton emisi gas rumah kaca dan menghemat 2,4% energi yang digunakan dalam fasilitas mereka (Tirto ID, 2024). - Reputasi dan Citra bisnis
Perusahaan yang menerapkan praktik ramah lingkungan cenderung dipandang lebih bertanggung jawab oleh konsumen dan mitra bisnis sehingga meningkatkan reputasi dan kepercayaan pelanggan. - Kepatuhan regulasi
Dengan menerapkan green logistics, perusahaan dapat memenuhi peraturan lingkungan yang semakin ketat, menghindari sanksi, dan memastikan kelangsungan operasional. - Inovasi dan Diferensiasi Produk
Mendorong praktik berkelanjutan dapat menjadi sumber inspirasi untuk inovasi produk dan layanan yang lebih ramah lingkungan sehingga membuka peluang pasar baru. - Pengurangan risiko pasokan
Dengan mengoptimalkan penggunaan sumber daya dan mencari alternatif yang lebih berkelanjutan, perusahaan dapat mengurangi ketergantungan pada sumber daya yang langka sehingga meminimalkan risiko dalam rantai pasokan. - Efisiensi stok dan persediaan
Green logistics membantu dalam pengelolaan stok yang lebih efisien, menghindari overstocking atau understocking, yang pada akhirnya menghemat biaya dan mengurangi limbah. - Akses ke pasar baru
Semakin banyak konsumen yang peduli terhadap lingkungan, sehingga perusahaan yang menerapkan green logistics dapat menarik pelanggan baru dan memasuki pasar yang mengutamakan keberlanjutan. - Efisiensi sumber daya
Dengan mengurangi penggunaan energi, air, dan bahan baku yang tidak perlu, perusahaan dapat menekan biaya operasional sekaligus mengurangi dampak lingkungan. - Kemitraan yang berkelanjutan
Menerapkan green logistics dapat memperkuat hubungan dengan pemasok dan mitra bisnis yang memiliki komitmen terhadap praktik berkelanjutan menciptakan kemitraan jangka panjang yang saling menguntungkan.
Oleh karena itu, diperlukan kolaborasi antara pemerintah, industri, dan masyarakat untuk mengembangkan regulasi yang mendukung praktik logistik hijau. Langkah-langkah seperti insentif pajak bagi perusahaan yang menggunakan refrigeran ramah lingkungan, subsidi untuk adopsi teknologi energi terbarukan, dan edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya keberlanjutan perlu diimplementasikan untuk mempercepat adopsi green logistics (Mile App, 2024).
Referensi
Sirloong Group. (2022). What are the Types of Environmentally Friendly Refrigerants? Sirloong Group. Retrieved January 30, 2025, from https://id.sirloonggroup.com/news/what-are-the-types-of-environmentally-61938592.html
BJT Indonesia. (2024). Teknologi Sistem Refrigerasi Komersial: Membangun Industri Yang Efisien dan Ramah Lingkungan. BJT. Retrieved January 30, 2025, from https://bjt.co.id/2/ARTICLES/1019/teknologi-sistem-refrigerasi-komersial–membangun-industri-yang-efisien-dan-ramah-lingkungan
Yasinta, V. (2015). SCI: Isu Green Logistics Harus Mulai Jadi Perhatian Pemerintah. Bisnis.com. Retrieved January 30, 2025, from https://ekonomi.bisnis.com/read/20151014/98/482185/sci-isu-green-logistics-harus-mulai-jadi-perhatian-pemerintah
Tirto.id. (2024). Green logistics: Manfaat dan Penerapannya di Indonesia. Tirto.id. Retrieved January 30, 2025, from https://tirto.id/green-logistics-manfaat-dan-penerapannya-di-indonesia-g2TE
Mile.app. (2024). Green logistics: Membuat Efisiensi Bahan Bakar Hingga 20%, ini alasannya. Mile.app. Retrieved January 30, 2025, from https://mile.app/id/blog/green-logistics-membuat-efisiensi-bahan-bakar-hingga-20-ini-alasannya
******
*Isi artikel merupakan pemikiran penulis dan tidak selalu mencerminkan pemikiran atau pandangan resmi Supply Chain Indonesia.
Download artikel ini:
SCI - Artikel Green Logistics: Solusi Keberlanjutan dalam Rantai Dingin dan Pengurangan Emisi Karbon di Sektor Logistik (539.3 KiB, 26 hits)
You must be logged in to post a comment.