Jakarta – Pelabuhan Patimban, Subang sampai saat ini belum bisa beroperasi secara optimal karena pelabuhan tersebut belum memiliki crane untuk bongkar muat kontainer, dan jaraknya jauh dengan kawasan industri. Hal ini tentunya membuat para pelaku industri tidak ingin beralih dari ke Pelabuhan Tanjung Priok ke Pelabuhan Patimban.
Pengamat Transportasi, Bambang Haryo Soekartono (BHS) menyoroti Pelabuhan Patimban yang hingga kini belum bisa menerima kapal logistik pengangkut kontainer. Padahal, jika disesuaikan dengan target yang disampaikan, seharusnya pada tahun 2023, Pelabuhan Patimban seharusnya sudah bisa menerima 3,5 juta teus per tahun.
“Masalahnya adalah pertama, Pelabuhan Patimban itu belum memiliki crane, yang digunakan untuk mengangkat peti kemas dari kapal ke dermaga penumpukan peti kemas di pelabuhan,” kata Bambang Haryo, di Jakarta, Minggu (8/12/2024).
Ia menyatakan dengan biaya pembangunan Pelabuhan Patimban sebesar Rp43,22 triliun, seharusnya Pelabuhan Patimban sudah memiliki fasilitas crane dan kelengkapan pelabuhan lainnya. Sebagai bahan perbandingan, Pelabuhan Kuala Tanjung Medan di Kawasan Industri Kuala Tanjung (KIKT), yang dibangun hanya dengan nilai investasi sekitar Rp4 triliun saja, saat ini sudah bisa menerima 80.000 teus per tahun, dengan target adalah 800.000 teus. Karena pelabuhan tersebut juga dilengkapi dengan crane yang memadai.
Demikian juga Pelabuhan Makassar New Port, dibangun dengan biaya Rp 5.4 Trilliun, dengan kapasitas 2.5 juta teus per tahun, dan saat ini sudah menampung 257.981 Teus per tahun.
Sumber dan berita selengkapnya:
https://finance.detik.com/infrastruktur/d-7676951/ini-penyebab-pelabuhan-patimban-belum-bisa-berfungsi-optimal
Salam,
Divisi Informasi