
Selama bertahun-tahun, usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Aceh dan berbagai wilayah Indonesia menghadapi tantangan yang nyaris seragam yaitu sulitnya menembus pasar ekspor akibat kendala logistik. Kualitas produk tidak lagi menjadi masalah utama; yang justru menjadi penghambat besar adalah tingginya biaya pengiriman, lamanya proses pengurusan dokumen, jauhnya akses ke pelabuhan ekspor, hingga keterbatasan infrastruktur pendukung.
Dalam situasi seperti ini, langkah inovatif dari PT Trans Continent sebuah perusahaan logistik internasional yang didirikan oleh putra Aceh, Ismail Rasyid menghadirkan harapan baru. Sejak berdiri pada tahun 2003 di Balikpapan, Trans Continent telah menjelma menjadi pemain utama dalam pembangunan infrastruktur logistik modern yang berbasis daerah. Dengan konsep Pusat Logistik Berikat (PLB), perusahaan ini secara nyata membantu UMKM di luar Jawa untuk mengakses pasar global secara lebih mudah, murah, dan efisien.
Lebih dari sekadar gudang
Pusat Logistik Berikat (PLB) pada dasarnya merupakan fasilitas penyimpanan barang berizin khusus, di mana barang impor maupun ekspor dapat disimpan tanpa kewajiban membayar bea masuk dan pajak hingga barang tersebut benar-benar dikeluarkan ke pasar domestik atau dikapalkan ke luar negeri. Fasilitas ini menjadi solusi krusial bagi pelaku UMKM yang kerap menghadapi keterbatasan modal kerja.
Dengan adanya PLB, UMKM tidak lagi dibebani keharusan membayar pungutan di awal, sehingga modal usaha dapat difokuskan untuk pengembangan produksi, pengemasan, atau penguatan jaringan pemasaran. Lebih jauh, PLB juga berperan sebagai Pusat Konsolidasi Ekspor, di mana produk dari berbagai UMKM dikumpulkan, dikemas, dan diberangkatkan dalam skala besar, sehingga menarik bagi pembeli global.
Sumber dan berita selengkapnya:
https://aceh.tribunnews.com/2025/07/03/membangun-tol-logistik-dari-aceh-menuju-pasar-dunia#google_vignette
Salam,
Divisi Informasi
You must be logged in to post a comment.