
Ketegangan geopolitik di Timur Tengah kembali memanas. Stabilitas kawasan ini menjadi sorotan dunia karena dampaknya yang luas terhadap arus logistik global.
Tak tangung-tanggung, Parlemen Iran telah menyetujui langkah strategis untuk menutup Selat Hormuz sebagai respons atas serangan militer Amerika Serikat terhadap tiga fasilitas nuklir utama di Iran.
Langkah ini dinilai sebagai bentuk eskalasi serius yang dapat mengguncang stabilitas pasokan energi global (Kompas, 23/0/2025).
Salah satu titik kritis yang kini berada di pusat perhatian adalah Selat Hormuz, jalur sempit maritim (maritime chokepoint) yang sangat strategis.
Meskipun lebarnya hanya sekitar 33 kilometer di antara Iran dan Oman, peranannya sangat vital: sekitar 20 persen dari minyak mentah dunia dan 25 persen gas alam cair (LNG) melintasi jalur ini setiap harinya (Lloyd’s List Intelligence, 2024).
Menurut Lloyd’s List Intelligence, hampir 30 persen ekspor minyak mentah global melalui laut bergantung pada Selat Hormuz.
Sumber dan berita selengkapnya:
https://www.kompas.com/global/read/2025/06/24/090751970/penutupan-selat-hormuz-dan-pergeseran-jalur-logistik-global?page=all
Salam,
Divisi Informasi