
Summary
Hampir semua negara di dunia ini memiliki Pelabuhan Laut, kecuali negara Swiss yang tidak memiliki pesisir pantai. Indonesia berpotensi memiliki banyak Pelabuhan Laut sebagai pangkalan tempat berlabuhnya kapal-kapal laut berbagai jenis, baik kapal berbodi kayu maupun kapal berbodi besi atau baja. Di Pelabuhan merupakan keluar masuknya kapal-kapal laut harus diatur lalu lintasnya oleh Syahbandar sebagai penguasa pelabuhan, sebab Alur Laut di setiap pelabuhan memiliki kedalaman serta ukuran lebar yang tidak sama. Di Pelabuhan Internasional seperti Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta, dan Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya juga Palebuhan Tanjung Intan Semarang, maka jika kedatangan kapal curah (Ship’s Call) bermuatan 200 MTon maka yang 150 MTon harus dibongkar di lepas pantai dengan menggunakan mesin penghisap “Suction Units”, menghisap muatan curah tersebut untuk dipindah ke kapal-kapal tongkang kemudian kapal tongkang yang rata-rata bisa menampung 5-10 MTon tersebut di tarik kapal Hanggada ke pantai untuk selanjutnya membongkar muatannya ke gudang-gudang pabrik pengimpor muatan curah tersebut.
Lazimnya kapal-kapal laut yang membongkar muatan ditengah laut adalah kapal-kapal Bulk Carrier yaitu kapal-kapal muatan curah seperti muatan gandum curah, kedelai curah, pelletizing wheat brand curah, pasir gelas curah, jagung curah, kopra curah, juga muatan curah cair seperti BBM (Bahan Bakar Minyak) curah, gula tetes curah, maka dengan sisa 50.000 MTon tersebut kapal bisa masuk menuju kolam pelabuhan dengan catatan air laut sedang pasang penuh (High Tide) yaitu pada waktu bulan purnama sedang bulat bundar setiap tanggal 15 kalender Jawa.
Bibliographic information
Title | Manajemen Bongkar Muat Kapal di Tengah Laut dan Dermaga |
Author | Prof. Dr. Drs. Ec. Herman Budi Sasono M.M., Tutut Susilowati |
Publisher | Ebukune Litera Media |
ISBN | 9786230997440, 6230997444 |
Page | 175 pages |
Salam,
Divisi Informasi