MedanBisnis – Medan. Sedikitnya 60% kontainer yang beredar (digunakan) di Indonesia sudah dalam kondisi rusak sehingga merugikan pengguna, bahkan menekan daya saing.
Kondisi itu diungkapkan Industrial Facility Head Departemen PT Sucofinfo Rija Amperianto dalam paparannya di depan peserta Musyawarah Daerah (Musda) III Gabungan Importir Nasional Indonesia (GINSI), Sabtu (25/4) di Medan Club. Fakta tersebut diperoleh pihak SI setelah melakukan survei di sejumlah pelabuhan di Indonesia.
Guna menekan kerugian bagi pengguna kontainer (peti kemas) yang merupakan importir, eksportir dan lainnya pihak Sucofindo mengajak pengurus asosiasi terkait di daerah di antaranya GINSI, ALFI dan GPEI untuk bersinergi melakukan penelitian terhadap kontainer yang digunakan.
Sekretaris Wilayah DPW Asosiasi Logistiak dan Forwarder Indonesia (ALFI) Sumut Wiluyo Hartono yang menjadi salah satu asosiasi wakil pemilik barang yang menggunakan kontainer menyebutkan, temuan bahwa 60% peti kemas yang digunakan rusak dinilainnya terlalu kecil. “Saya yakin angka masih jauh lebih besar (tinggi) dari angka tersebut,” kata Wiluyo Hartono.
Dia menuturkan pengalaman pahit yang kerap dialami pihaknya menggunakan kontainer rusak karena terpaksa membayar biaya perbaikan kerusakan kontainer yang diklaim pihak pelayaran. “Sebelum menggunakan peti kemas kami harus menyetor uang jaminan kepada pelayaran (INSA) yang dihitung menggunakan kurs dolar. Nilainya jika dirupiahkan berkisar Rp 2,5 juta lebih,” kata Wiluyo.
Sumber dan berita selengkapnya:
Sumber Foto:
lampost.co