Oleh: Setijadi | Chairman at Supply Chain Indonesia
Musim mudik 2016 diwarnai dengan kemacetan yang luar biasa, terutama di jalur utara Pulau Jawa. Sebagian pemudik harus menghabiskan waktu lebih dari 24 jam untuk menempuh perjalanan Jakarta-Brebes dari waktu normal 8 jam. Dari perjalanan itu, jarak Brebes-Tegal 12 km harus ditempuh selama 12 jam.
Kemacetan juga terjadi di jalur-jalur alternatif. Misalnya, jalur Ciledug-Ketanggungan-Jatibarang sekitar 35 km harus ditempuh selama 18 jam.
Kemacetan luar biasa itu berdampak terhadap waktu tempuh, serta kerugian psikologis dan ekonomis jutaan pemudik. Selain itu, sejumlah media melaporkan sedikitnya 12 jiwa melayang dengan beberapa faktor penyebab terkait kemacetan itu.
Berdasarkan analisis Supply Chain Indonesia (SCI), kemacetan terjadi karena kondisi sistem transportasi, serta ketidakseimbangan antara pasokan (supply) dan permintaan (demand).
Sebagian besar pemudik menggunakan kendaraan pribadi karena transportasi umum kurang memadai dan pengembangan sistem transportasi lebih terfokus pada moda transportasi jalan. Untuk Pulau Jawa, pembangunan jalan lebih terfokus di jalur utara.
Kondisi tersebut mengakibatkan volume kendaraan yang melonjak tajam pada masa libur Idul Fitri menumpuk pada titik-titik tertentu.
Kemacetan terjadi karena ketidakseimbangan pasokan dan permintaan transportasi di simpul-simpul transportasi, yaitu gerbang tol (GT) dan rest area (untuk jalur tol), serta persimpangan jalan, SPBU, dan pasar (untuk jalan non-tol). Kemacetan juga terjadi karena jalur-jalur alternatif tidak termanfaatkan karena kurang penyiapannya atau kurang terinformasikan kepada para pemudik.
Di lain sisi, pasokan berupa kapasitas semua elemen dalam rantai pasok transportasi tidak mampu mengimbangi kebutuhan, baik elemen utama (jalan tol, pelayanan pintu tol, jalan non-tol, persimpangan, dsb.) maupun pendukung (misalnya SPBU).
SCI berpendapat perlu dilakukan perbaikan untuk tahun-tahun selanjutnya dengan menerapkan supply chain management (SCM) untuk menyeimbangkan pasokan dan permintaan
Penyeimbangan harus dilakukan sepanjang jalur transportasi (end-to-end) secara terintegrasi (integrated). Upaya memperlancar atau mengatasi kemacetan secara parsial berpotensi mengakibatkan kemacetan yang bisa lebih parah di titik lainnya, seperti kemacetan dari GT Cikampek dan GT Palikanci yang berpindah dan terakumulasi ke GT Brebes Timur sekarang ini.
Kapasitas jalur transportasi harus terjaga dan tidak boleh terganggu di sepanjang jalur transportasi sesuai dengan volume kendaraan yang melewati. Sebagai contoh, walaupun kapasitas semua jalur tol dan jalan arteri memadai, hambatan di salah satu persimpangan atau SPBU dapat mengakibatkan kemacetan luar biasa.
Diperlukan pemetaan jalur transportasi dan traffic flow & bottleneck analysis, termasuk prediksi volume kendaraan pada setiap jalur transportasi, baik pada jalur utama maupun jalur alternatif.
Diperlukan perencanaan dan pengendalian sistem transportasi terintegrasi oleh pihak-pihak terkait (Kemenhub, dishub dan instansi pemda terkait, POLRI, Badan Pengelola Jalan Tol (BPJT), operator jalan tol, operator semua moda transportasi, Pertamina dan pengelola SPBU, dan lain-lain).
SCI merekomendasikan delapan program perbaikan sistem transportasi, termasuk pada masa libur Idul Fitri, yaitu:
- Pengembangan transportasi umum berbasis multimoda secara terintegrasi, termasuk peningkatan kapasitas kereta api dan transportasi laut untuk pengangkutan penumpang dan kendaraan berpenumpang (mobil dan motor).
- Pembentukan/pemberdayaan Forum Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang bertugas melakukan koordinasi antar instansi penyelenggara yang memerlukan keterpaduan dalam merencanakan dan menyelesaikan masalah Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (sesuai UU 22/2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan).
- Restrukturisasi pengelolaan transportasi, termasuk pengalihan BPJT dari Kemen PUPR menjadi di bawah Kemenhub.
- Percepatan penyelesaian pembangunan jalan tol Trans Jawa dan Jalur Jalan Lintas Selatan Pulau Jawa.
- Revitalisasi jalan non-tol (jalan nasional, provinsi, dan kabupaten/kota), termasuk dengan mengurangi potensi kemacetan akibat persimpangan jalan, perlintasan sebidang dengan kereta api, dan dampak kegiatan masyarakat (misalnya pasar).
- Perbaikan pengelolaan jalan tol, termasuk percepatan transaksi di gardu tol dengan transaksi non-tunai dan aplikasi teknologi lainnya.
- Pengembangan Sistem Informasi dan Komunikasi Lalu Lintas dan Angkutan Jalan secara terpadu, termasuk mengenai kondisi lalu lintas dan jalur-jalur alternatif.
- Pencegahan kemacetan akibat antrean di SPBU, termasuk dengan penyebaran penjualan BBM non-subsidi dalam kemasan, misalnya di outlet-outlet minimarket.
Download Catatan ini:
Catatan_SCI_-_8_Rekomendasi_SCI_untuk_Perbaikan_Transportasi_Idul_Fitri.pdf (519.5 KiB, 302 hits)