MANADO, KOMPAS-Krisis bahan baku pabrik ikan di Bitung, Sulawesi Utara, yang diikuti sejumlah pabrik ikan tidak beroperasi, berlanjut. Akibatnya, ribuan pekerja dirumahkan. Kalangan dunia usaha perikanan Bitung mempertanyakan keseriusan pemerintah membangun iklim usaha perikanan demi kemajuan ekonomi daerah dan nasional.
Di tengah kirisi bahan baku, sejumlah unit pengolahan ikan beku di Bitung tertolong dengan penangkapan ikan dari nelayan. Menurut seorang pemilik unit pengolahan ikan di Bitung, ikan dari nelayan laris manis dibeli sejumlah unit pengolahan ikan dengan harga terjangkau. Dalam sehari ikan nelayan dibeli 5 ton hingga 10 ton. Kondisi ini menguntungkan nelayan.
Ketua Asosiasi Kapal Perikanan Nasional Sulawesi Utara Rudy Walukouw mengatakan, krisis bahan baku ikan selama dua tahun berdampak ke berbagai sektor, termasuk perekonomian Kota Bitung. Perputaran uang pada 2014 yang mencapai miliaran rupiah setiap hari kini hilang.
Menurut Rudy, pada 2014 terjadi transaksi 700 ton ikan dengan harga ikan Rp 12.000 per kilogram setiap hari atau sekitar Rp 8,4 miliar. Persoalan usaha perikanan di Bitung terjadi setelah moratorium kapal ikan asing dan larangan alih muat di tengah laut menggunakan kapal penampung yang dinilai sebagai modus pencurian ikan di laut.
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, Mei tahun ini melonggarkan alih muat di laut dengan mengizinkan kapal penyangga yang dulu disebut kapal penampung mengangkut ikan tangkapan. Kebijakan kapal penyangga adalah solusi sementara mengatasi krisis bahan baku unit pengolahan ikan.
Sumber dan berita selengkapnya:
Kompas, edisi cetak Jumat, 12 Agustus 2016.
Salam,
Divisi Informasi
Divisi Informasi