Oleh: Tiara Safitri
Junior Consultant | Supply Chain Indonesia
Sektor transportasi semakin berkembang dengan pesat sebagai sarana penunjang pengiriman barang. Seiring dengan pesatnya pertumbuhan sektor manufaktur, pertambangan, perkebunan, dan sektor lainnya, permintaan terhadap transportasi angkutan barang pun kian meningkat.
Pada saat ini pengangkutan barang masih didominasi oleh transportasi jalan raya (trucking) dibandingkan dengan transportasi kereta api dan transportasi laut. Padahal, tingkat kemacetan di jalan raya sudah sangat tinggi. Selain itu, tingkat kerusakan jalan juga tinggi akibat overload/over capacity sebagian trucking.
Kereta api menjadi salah satu pilihan untuk mengakomodasi pengangkutan barang dalam jumlah besar. Kereta api dapat mengangkut berbagai jenis barang, antara lain kontainer (ukuran 20 feet dan 40 feet), general cargo (barang secara umum), bulk (pengiriman dalam bentuk curah seperti batubara dan semen curah), liquid (pengiriman cairan seperti BBM dan CPO), dan multikomoditas (pengiriman komoditas tertentu seperti baja, galon air mineral, dan kendaraan bermotor).
Kereta api KA sebagai pilihan moda transportasi pengangkut barang dinilai dapat diandalkan dari segi ketepatan waktu. Dengan kondisi volume angkutan di jalan raya yang sangat padat, pengangkutan dengan kereta api lebih unggul karena waktu tempuh yang lebih dapat diprediksi.
Moda ini juga diyakini sebagai moda transportasi yang murah untuk pergerakan barang jarak jauh dengan volume yang besar. Selain itu, secara kapabilitas, kereta api (KA) lebih unggul daripada moda transportasi lainnya. Sebagai contoh, relasi Jakarta ke Surabaya dapat mengangkut 1.620 ton per perjalanan (https://cargo.kai.id/faq). Moda ini sesuai untuk komoditas bahan mentah dengan volume muat yang besar atau produk akhir yang nilai per unitnya rendah. Sebuah gerbong barang dapat berkapasitas dua kali lipat kapasitas truk.
Penggunaan KA juga lebih aman, bebas dari biaya tambahan lainnya diluar ketentuan yang berlaku, tingkat polusi yang relatif rendah (diperkirakan emisi gas buangan mencapai 1/8 sampai 1/10 dari angkutan dengan truk), hemat BBM (diperkirakan bisa mencapai 1 juta liter atau setara 3000 ton CO2 per tahun).
Pengangkutan Kontainer Pelabuhan
Sebagai upaya optimalisasi angkutan barang dengan moda kereta api, reaktivasi terhadap lapangan penumpukan (container yard) yang sudah ada dapat berpotensi meningkatkan daya saing dengan moda angkutan darat lainnya dan meningkatkan kecepatan pengangkutan barang antar pelabuhan dan dengan sentra-sentra industri.
Di Pulau Jawa terdapat beberapa lokasi container yard (CY) kereta api diantaranya:
- Provinsi Banten: Cilegon
- Provinsi Jawa Barat: Cikarang, Klari, Cibungur, dan Bandung
- Provinsi Jawa Tengah: Semarang
- Provinsi Jawa Timur: Surabaya dan Jember.
Berdasarkan sekitar 70% volume ekspor-impor melalui Pelabuhan Tanjung Priok dari wilayah sekitar Jakarta, Provinsi Jawa Barat, dan Provinsi Banten tahun 2016, Supply Chain Indonesia menganalisis persentase sebaran volume ekspor dan impor. Analisis menunjukkan bahwa volume ekspor Tanjung Priok berasal dari Bekasi (sebesar 32%), Karawang (29%), Purwakarta (8%), Bandung (6%), Tangerang (14%), Bogor (4%), serta Cilegon dan Serang (8%). Untuk impor, barang berasal dari Bekasi (sebesar 23%), Karawang (36%), Purwakarta (9%), Bandung (6%), Tangerang (14%), Bogor (4%), serta Cilegon dan Serang (3%) (Setijadi, 2018).
Berdasarkan sekitar 70% volume ekspor-impor melalui Pelabuhan Tanjung Priok dari wilayah sekitar Jakarta, Provinsi Jawa Barat, dan Provinsi Banten tahun 2016, Supply Chain Indonesia menganalisis persentase sebaran volume ekspor dan impor.
Analisis menunjukkan bahwa volume ekspor Tanjung Priok berasal dari Bekasi (sebesar 32%), Karawang (29%), Purwakarta (8%), Bandung (6%), Tangerang (14%), Bogor (4%), serta Cilegon dan Serang (8%). Untuk impor, barang berasal dari Bekasi (sebesar 23%), Karawang (36%), Purwakarta (9%), Bandung (6%), Tangerang (14%), Bogor (4%), serta Cilegon dan Serang (3%) (Setijadi, 2018).
Dengan melihat penyebaran dan volume ekspor-impor tersebut, keberadaan sejumlah CY tersebut berpotensi untuk dimanfaatkan dalam proses pengangkutan antara Pelabuhan Tanjung Priok – kawasan-kawasan industri.
CY kereta api dapat dimanfaatkan sebagai tujuan antara dalam pengiriman barang antara Pelabuhan Tanjung Priok dan lokasi perusahaan atau kawasan industri. Keberadaan CY memungkinkan proses pengangkutan kontainer dari Pelabuhan Tanjung Priok ke kawasan industri dan sebaliknya secara lancar karena terhindar dari risiko kemacetan di jalan raya dan jalan tol.
Selain itu, pemanfaatan CY tersebut akan mengurangi volume pengiriman barang dengan trucking, sehingga sangat berpotensi mengurangi tingkat kemacetan dan tingkat kerusakan jalan pada ruas-ruas jalan terkait.
Realisasi gagasan ini membutuhkan peranan sejumlah pihak yang menjadi pemangku kepentingan, antara lain pemilik barang, operator pelabuhan, dan operator transportasi kereta api. Dukungan penuh dibutuhkan dari Kementerian Perhubungan dan kementerian-kementerian terkait, serta pemerintah daerah setempat.
Referensi:
- https://cargo.kai.id/faq diakses pada 14 Mei 2019 pukul 9.30 WIB
- Setijadi (2018). Peran Kereta Api dalam Mendukung Kebijakan
Penerapan Pembatasan Muatan Overdimension & Overloading untuk Angkutan Barang di Jalan Raya. Disampaikan pada Diskusi Publik PT Kereta Api Indonesia (Persero) di Jakarta, 2 Oktober 2018.
*Isi artikel merupakan pemikiran penulis dan tidak selalu mencerminkan pemikiran atau pandangan resmi Supply Chain Indonesia.
Download artikel ini:
SCI - Artikel Potensi KA dalam Pengangkutan Kontainer Pelabuhan (1.0 MiB, 782 hits)