JAKARTA (BeritaTrans.com) – Market size logistik nasional cenderung mengalami volatilitas atau peningkatan moodpasar yang diukur dari Compound Annual Growth Rate (CAGR) atau disebut sebagai laju pertumbuhan majemuk tahunan.
“Pertumbuhan CAGR pada interval 2013 hingga 2017 sebesar 11,7 persen. Sementara volatilitas freight forwarding mencapai 11,8 persen. Kemudian, express & small parcel mencapai 21,7 persen. Hal ini menjadikan volatilitas Indonesia tertinggi se-ASEAN,” papar Ketua Umum DPP Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI), Yukki Nugrahawan Hanafi di Jakarta.
Kondisi demikian, kata Yukki merupakan pengaruh dari tingginya permintaan pasar di Indonesia seiring menjamurnya bisnis e-commerce. Yukki menilai saat ini konsumen dalam negeri sudah lebih cermat dalam “berburu” produk- produk impor dan nasional yang berkualitas baik dengan harga relatif rendah.
“Meski sempat dilanda krisis ekonomi global dan melemahnya ekspor namun sektor logistik Indonesia mampu bertahan bahkan permintaan dari konsumen terus meningkat dan aktivitas industri tetap berjalan di seluruh wilayah Indonesia,” imbuh pengusaha di bidang jasa logistik tersebut sebagaimana rilis pers Media ALFI Logistik yang diterima redaksi, Selasa (16/5).
Jika dibandingkan dengan pertumbuhan sektor logistik negara lain di ASEAN, Yukki mengatakan Indonesia tergolong beruntung. Pasalnya volatilitas di beberapa negara tetangga mulai terlihat menurun. Misalnya, Singapura CAGR contract logisticsnya hanya sebesar 7,3 persen. Filipina 11,3%, dan Thailand 9,7 persen pada interval 2013 sampai 2017. Kondisi ini secara tidak langsung, menggambarkan bahwa paradigma pasar jasa logistik mulai beralih ke dalam negeri.
Sumber dan berita selengkapnya:
Salam,
Divisi Informasi