Pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat cukup stabil pada kuartal I/2017 sebesar 5,01% dan diproyeksikan tumbuh 5,1% pada semester II/2017. Karena keanehan itu, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas T.
Lembong dan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/ Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro menyebut hal itu sebagai misteri.
Sejumlah teori pun mengemuka. Salah satu yang paling banyak dibicarakan adalah perubahan pola belanja masyarakat dari fisik ke dalam jaringan (daring) atau online. Sayangnya, pemerintah belum punya indikator akurat mengenai transaksi yang terjadi di dunia maya itu.
Perubahan pola tersebut bisa dilacak lewat trafik pengiriman barang melalui perusahaan pengiriman ekspres atau jasa kurir. Alasannya, mayoritas transaksi perusahaan jasa kurir ditopang oleh perdagangan digital atau e-commerce.
Ketua Umum DPP Asosiasi Perusahaan Jasa Pengiriman Ekspres Pos dan Logistik Indonesia (Asperindo) Mohamad Feriadi menyatakan pihaknya mencatat sampai dengan pertengahan tahun ini volume pengiriman tumbuh 14,7%. “Volume pengiriman meningkat karena transaksi online yang terus tumbuh,” katanya kepada Bisnis, Minggu (6/8).
Dia menjelaskan e-commerce setiap tahun transaksinya meningkat pesat walaupun penetrasi perdagangan online baru 2% dibandingkan bisnis ritel secara keseluruhan.
Feriadi optimistis bisnis pengiriman ekspres dan logistik secara keseluruhan dapat tumbuh hingga 25% sepanjang tahun ini.
Sumber dan berita selengkapnya:
Bisnis Indonesia, Edisi Cetak Senin, 7 Agustus 2017
Salam,
Divisi Informasi