BANYUWANGI, KOMPAS – Kondisi lalu lintas penyeberangan di Pelabuhan Ketapang Banyuwangi, Jawa Timur menuju Gilimanuk di Bali belum normal. Meski antrean truk sudah mulai memendek, para sopir truk masih harus menunggu lebih dari 8 jam untuk bisa menyeberang.
Pada Selasa dini hari, antrean kendaraan masih mencapai 5 kilometer dari Pelabuhan Ketapang Banyuwangi. Menurut salah satu pengemudi truk bermuatan kertas, Muhammad Jamali (45), ujung antrean pada Selasa pukul 00.30 mencapai Desa Alasbuluh, Kecamatan Wongsorejo, Banyuwangi. Pada pukul 14.00 jamali masih antre di depan stasiun Banyuwangi Baru atau 200 meter dari pintu masuk pelabuhan.
Proses bongkar muat di pelabuhan barang lebih lama karena petugas wajib melakukan lasing atau mengikatkan truk satu dengan truk lain. Mereka juga harus menunggu sopir turun dari kapal untuk berpindah ke kapal penumpang. Saat bongkar, perlu waktu untuk membuka ikatan dan harus menunggu para sopir datang untuk mengeluarkan truk milik mereka.
Tahan pasokan
Belum normalnya kondisi penyeberangan Pelabuhan Ketapang dan macetnya pantura membuat pemasok enggan mengirim barang yang cepat busuk. Suranto Wahyu Sansono (56), pedagang sapi biasanya mengirim sapi dari Banyuwangi ke Surabaya, menunda rencana pengiriman hingga pekan depan.
Satu truk berisi delapan sapi miliknya sempat bertahan di jalur pantura Banyuwangi-Situbondo pada Sabtu lalu. Hal itu akibat antrean truk yang memakan badan jalan pantura. “Truk saya bisa lolos setelah antre enam jam. Tetapi, kondisi sapi jadi tidak baik karena kepanasan dan kelaparan. Sekarang saya memilih tidak mengirim sampai antrean berkurang,” katanya.
Sumber dan berita selengkapnya:
Kompas, edisi cetak 16 Maret 2016