Globalisasi membuat persaingan di sektor logistik kian ketat. Perusahaan jasa logistik lokal mesti bersiap menghadapi kompetitornya dari luar negeri yang telah memiliki jaringan global. Pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) membuka peluang sekaligus tantangan bagi perusahaan jasa logistik. Volume arus barang antarnegara ASEAN berpotensi meningkat seiring terbukanya pasar ASEAN.
“Arus barang dari negara-negara ASEAN lainnya berpotensi akan banyak masuk ke Indonesia karena jumlah penduduk Indonesia yang besar dengan pertumbuhan ekonomi dan daya beli masyarakat yang meningkat,” kata Setijadi, Chairman Supply Chain Indonesia.
Menurut dia, globalisasi dalam perdagangan dunia mempengaruhi sektor logistik. Praktik global/regional tender yang semakin kuat, misalnya, hanya bisa diikuti oleh perusahaan jasa logistik yang mempunyai jaringan global. Pemenang tender bertindak sebagai 3PL mengalihdayakan jasa logistik dasar (basic services) yang memberikan hanya satu jenis jasa, misalnya pergudangan, transportasi yang bernilai tambah terbatas.
“Tanpa daya saing yang kuat, perusahaan logistik lokal akan kalah bersaing, walaupun di Indonesia sendiri. Sebagian besar perusahaan jasa logistik di Indonesia masih berada pada kelompok penyedia jasa logistik dasar,” kata dia.
Kecenderungan penggunaan jasa logistik terintegrasi terus meningkat didorong tuntutan kepraktisan pemenuhan kebutuhan pebisnis terhadap berbagai jasa logistik yang dibutuhkan, seperti transportasi, pergudangan, pengelolaan persediaan, dan sebagainya. Dengan jasa logistik yang terintegrasi, klien akan secara mudah menyerahkan berbagai aktivitas logistiknya kepada satu perusahaan saja.
Sumber dan berita selengkapnya: