INDUSTRY.co.id-Jakarta-Berdasarkan Logistics Performance Index (2023) yang diterbitkan oleh Bank Dunia, Indonesia masih berada di peringkat 61, di bawah negara tetangga ASEAN seperti Malaysia di 26, Thailand di 34, dan Vietnam di 43.
Hal ini menunjukkan masih banyak yang perlu ditingkatkan dari industri logistik Indonesia untuk mengejar ketertinggalan ini.
Beberapa masalah yang saat ini hadir di dunia logistik adalah adanya mismatch antara supply and demand kebutuhan logistik. Ketidaksesuaian ini mengakibatkan tingkat utilisasi moda transportasi yang dimiliki pemilik kapal tidak optimal. Hal ini dibarengi dengan proses dokumentasi yang belum sepenuhnya efisien adalah beberapa penyebab tingginya biaya logistik di Indonesia.
Sebagaimana disebutkan oleh salah satu founding partner dari Wright Partners, Ziv Ragowsky, biaya logistik di Indonesia adalah salah satu yang paling mahal di dunia sebesar 23.5% dari PDB, masih tertinggal dari negara tetangga seperti Thailand di 14% dan Vietnam di 18%. Kami berharap TITIP akan dapat mendorong peningkatan kapabilitas logistik Indonesia sehingga dapat berjalan dengan lebih efisien dan mendorong biaya logistik lebih rendah.
Terlebih lagi untuk sektor logistik komoditas yang melibatkan pengiriman dari lokasi remote yang saat ini masih belum banyak tersentuh oleh digitalisasi dan startup teknologi di Indonesia.
Salah satu upaya untuk mengatasi keterbatasan ini adalah melalui penerapan teknologi yang ditujukan untuk menjawab tantangan ini. Inovasi inilah yang ingin dihadirkan oleh TITIP melalui solusi teknologi end-to-end untuk menjawab kebutuhan dari pemilik kargo dan pemilik kapal, serta mendorong proses operasi logistik maritim yang lebih efisien serta lebih transparan.
Sumber dan berita selengkapnya:
https://www.industry.co.id/read/121625/digitalisasi-sektor-logistik-maritim-dengan-titip-lebih-efektif-dan-aman
Salam,
Divisi Informasi