Oleh: Dr. Zaroni, CISCP., CFMP.
Head of Consulting Division | Supply Chain Indonesia
Dalam beberapa pekan ini, di beberapa daerah mengalami bencana. Indonesia sebagai negara yang rawan bencana, seperti bencana banjir, tanah longsor, gempa bumi, tsunami, erupsi gunung berapi, kebakaran hutan, kekeringan, dan angin puting beliung, kerap menghampiri kita. BNPB menyebutkan tidak kurang dari 2000 bencana nasional telah terjadi selama 11 bulan di tahun 2017.
Bencana alam dapat dicegah dengan berdoa kepada Tuhan Yang Maha Pengasih untuk memohon perlindungan dan keselamatan dari marabahaya bencana serta selalu menjaga keseimbangan lingkungan dan ekosistem semesta. Namun bila bencana terjadi, kita tidak bisa menghindari. Kita bisa melakukan pengelolaan bencana dengan cara mengurangi dampak korban jiwa dan kerugian materi dan psikhis akibat bencana.
Pengelolaan bencana dilakukan pada berbagai kondisi sesuai dengan waktu atau fase penanggulangan bencana, mulai dari kesiapsiagaan (emergency preparedness), tanggap darurat (emergency), rehabilitasi (rehabilitation), dan pembangunan (development).
Logistik berperan penting dalam setiap fase penanggulangan bencana. Dampak korban bencana seringkali semakin parah bila manajemen logistik tidak cukup efektif untuk secara cepat dan tepat menanggulangi bencana.
Ketika bencana terjadi diperlukan tanggap darurat. Logistik bencana akan memastikan distribusi bantuan kemanusiaan (humanitarian aids) dan peralatan dapat menjangkau secara cepat ke sasaran. Logistik yang menangani bantuan kemanusiaan ini sering disebut dengan logistik bantuan kemanusiaan (humanitarian logistics).
Berbeda dengan logistik komersial, logistik bantuan kemanusiaan menghadapi tantangan yang kompleks sesuai dengan karakteristik kondisi bencana. Balcik dan Beamon (2008) mengidentifikasi karakteristik logistik bantuan kemanusiaan yang membedakan dengan logistik komersial:
- Pola permintaan yang tidak dapat diprediksi, baik dari aspek waktu, lokasi geografi, jenis, dan kuantitas kebutuhan jenis barang bantuan kemanusiaan yang diperlukan.
- Lead time yang sangat pendek dan permintaan mendadak dalam jumlah besar untuk jenis barang bantuan kemanusiaan dan layanan yang sangat bervariasi.
- Bantuan kemanusiaan seringkali mendapat tekanan dan perhatian dari media global, utamanya para donor.
- Keterbatasan sumber daya, seperti teknologi, kapasitas transportasi, peralatan penanganan bantuan, dan sumber daya manusia untuk operasional logistik bantuan kemanusiaan.
Sasaran dari logistik bantuan kemanusiaan adalah pendistribusian bantuan kemanusiaan dan peralatan penanggulangan bencana ke penerima dan lokasi bencana secara tepat waktu, tepat jenis dan kuantitas bantuan kemanusiaan, dalam kondisi atau kualitas yang baik, dan biaya yang efisien dan dapat dipertanggungjawabkan.
Umumnya bantuan kemanusiaan yang diperlukan untuk penanggulangan bencana terdiri dari makanan, pakaian, perlengkapan mandi, perlengkapan memasak, obat-obatan, dan peralatan. Sementara peralatan yang sering diperlukan dalam penanggulangan bencana antara lain (BNPB, 2017):
- Peralatan pencarian, penyelamatan, pertolongan dan evakuasi, seperti mobil evakuasi, lampu senter, alat komunikasi, urban SAR, dan lain-lain;
- Peralatan untuk kebutuhan air bersih dan sanitasi, seperti tangki air, flexible tank, water treatment portable, dan lain-lain;
- Peralatan kesehatan, seperti mobil ambulans, tenda rumah sakit lapangan,dan lain-lain;
- Peralatan penampungan dan tempat hunian sementara, seperti tenda, velbed, mobil dapur lapangan, dan lain-lain;
- Peralatan pengelolaan data, informasi, dan komunikasi, seperti SSB, repeater, RIG, dan lain-lain;
- Peralatan untuk pengendalian bencana, seperti EWS, dan lain-lain;
- Peralatan untuk perbaikan darurat sarana dan prasarana vital, seperti jembatan belly, becho, dan lain-lain.
Persoalan logistik bantuan kemanusiaan kerap dihadapi ketika penanggulangan bencana, seperti bantuan kemanusiaan yang menumpuk di suatu pos komando penanggulangan bencana, bandar udara, pelabuhan, dan gudang darurat. Persoalan lain misalnya bantuan kemanusiaan yang rusak, kadaluarsa, atau bahkan bantuan kemanusiaan yang sebenarnya tidak diperlukan penduduk terdampak bencana.
Perspektif Supply Chain
Dalam perspektif supply chain, rantai pasok bantuan kemanusiaan (humanitarian supply chain) sangat kompleks. Ia melibatkan banyak pihak. Mata rantai pasokan ini mulai dari perencanaan dan penilaian kebutuhan bantuan kemanusiaan, pengadaan (procurement), pergudangan dan persediaan, transportasi, manajemen kendaraan, rantai pendingin (cold chain), customs, distribusi, evaluasi dan monitoring (Rushton et al, 2014).
Gambar: Humanitarian Supply Chain (Sumber: Logcluster.org)
Perencanaan dan penilaian kebutuhan (demand planning) bantuan kemanusiaan dan peralatan dilakukan untuk menentukan data kebutuhan bantuan kemanusiaan, peralatan, dan fasilitas. Data ini meliputi: jenis, spesifikasi, jumlah, lokasi, kapan, dan tingkat urgensi/critically.
Persediaan penyangga (buffer stock) harus disediakan, mengingat persediaan diperlukan untuk berjaga-jaga dalam pemenuhan bantuan kemanusiaan pada kondisi tanggap darurat yang tidak dapat diprediksi dengan tepat. Buffer stock ini sebaiknya dihitung lebih cermat, agar persediaan optimal. Tidak berlebihan dan tidak kekurangan.
Dalam perencanaan kebutuhan bantuan kemanusiaan dilakukan dengan metode kuantitatif dan kualitatif. Estimasi berapa kebutuhan bantuan kemanusiaan dengan mempertimbangkan paramater dan kontekstual, data historis, prediksi, dan lain-lain.
Umumnya, parameter yang digunakan antara lain: jenis dan karakteristik bencana berdasarkan potensi kerawanan bencana daerah, potensi daerah dan penduduk yang terdampak bencana, akses transportasi, dan infrastruktur jalan raya, dan topografi wilayah terdampak bencana. Sementara pendekatan kualitatif dalam perencanaan kebutuhan bantuan kemanusiaan didasarkan pada kebijakan organisasi penyelenggara penanggulangan bencana.
Dari analisis kebutuhan ini selanjutnya dilakukan pengadaan untuk pemenuhan stock kebutuhan bantuan kemanusiaan. Sumber pengadaan bantuan kemanusiaan dari donor, pemerintah (BNPB), dunia usaha, dan masyarakat. Dalam pengadaan ditentukan kapan pengadaan dilakukan, berapa banyak, dan frekuensi pengadaan untuk mendapatkan bantuan kemanusiaan dengan biaya pengadaan yang paling efisien.
Bantuan kemanusian yang diperoleh dari kegiatan pengadaan selanjutnya disimpan di gudang. Transportasi dan distribusi bantuan kemanusiaan ke penerima di lokasi terdampak pada saat bencana. Bantuan kemanusiaan yang diperoleh dari bantuan luar negeri memerlukan proses pengurusan customs.
Siklus rantai pasokan bantuan kemanusiaan terus bergulir, untuk mengisi stock di gudang penyimpanan dan memenuhi kebutuhan dalam rangka penanggulangan bencana. Evaluasi dan monitoring perlu dilakukan untuk memastikan kelancaran arus bantuan kemanusiaan, informasi, dan keuangan yang merupakan tiga pilar penting dalam setiap proses manajemen rantai pasokan.
Perbaikan Logistik Bantuan Kemanusiaan
Misi utama logistik penanggulangan bencana adalah menyediakan bantuan kemanusiaan secara cepat dan tepat. Cepat menjangkau sasaran penerima ke lokasi terdampak bencana. Tepat waktu sesuai kebutuhan tanggap darurat untuk meminimalkan korban jiwa dan kerugian.
Desain logistik perlu disiapkan untuk kesiapsiagaan (preparedness) menghadapi bencana. Pemetaan potensi bencana di setiap daerah untuk memeroleh informasi jenis, karakteristik, dan potensi risiko terdampak bencana. Setiap bencana memerlukan kebutuhan bantuan kemanusiaan yang berbeda. Bencana kebakaran hutan misalnya, memerlukan bantuan kemanusiaan berupa masker, sementara bencana banjir memerlukan pakaian. Berdasarkan pemetaan tersebut, selanjutnya didesain jaringan logistik untuk penanggulangan bencana yang mencakup:
- Desain pergudangan: jumlah, lokasi, kapasitas, dan spesifikasi gudang. Gudang diperlukan untuk menyimpan bantuan kemanusiaan dan peralatan untuk penanggulangan bencana. Selain untuk penyimpanan, gudang difungsikan sebagai hub dan cross-docking barang-barang bantuan kemanusiaan dan peralatan. Dalam kondisi tertentu, seringkali diperlukan gudang berpendigin (cold storage) untuk menyimpan bantuan kemanusian berupa vaksin dan obat-obatan. Jumlah dan lokasi gudang penyimpanan bantuan kemanusiaan perlu ditetapkan dengan optimal untuk kecepatan dalam merespon penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat (emergency).
- Desain jaringan transportasi dan distribusi: perencanaan rute, skedul, dan moda transportasi untuk distribusi bantuan kemanusiaan secara cepat dan tepat ke lokasi penerima terdampak.
Pengadaan bantuan kemanusiaan sebaiknya dilakukan secara cermat, tidak hanya bersumber dari APBN, namun perlu melibatkan dunia usaha dan masyarakat secara luas. Kepedulian dan antusias dunia usaha dan masyarakat untuk berkontribusi dalam pemberian bantuan kemanusiaan pada saat bencana perlu dikelola dengan baik.
Pengumpulan bantuan kemanusiaan dari dunia usaha dan masyarakat dapat dilakukan setiap hari, sepanjang tahun. Tidak hanya sporadis ketika bencana terjadi. Penentuan jenis bantuan kemanusiaan dan standardisasi kemasan perlu disampaikan.
Pengkomunikasian jenis bantuan kemanusiaan yang tepat sesuai karakteristik bencana perlu disampaikan ke masyarakat agar pemberian donasi bantuan kemanusiaan sesuai kebutuhan. Demikian pula standar kemasan bantuan kemanusiaan, selain kemasan yang cukup kuat untuk melindungi isi bantuan kemanusiaan, juga standar kemasan akan dapat memudahkan dalam penanganan proses logistik pada saat transportasi, bongkar muat, maupun penyimpanan.
Sering terjadi pada saat bencana pengiriman bantuan kemanusiaan dalam jumlah besar dengan lead time yang sangat ketat, kondisi infrastruktur transportasi mungkin terganggu, sehingga dapat mempengaruhi kelancaran distribusi bantuan kemanusiaan. BNPB sebagai badan pemerintah yang menyelenggarakan penanggulangan bencana perlu melakukan koordinasi dan kerjasama dengan perusahaan-perusahaan penyedia jasa transportasi, baik transportasi darat, laut, dan udara. Demikian juga koordinasi dan kerjasama dengan bandar udara, pelabuhan, dan customs untuk kelancaran distribusi bantuan kemanusiaan.
***
Logistik memilik peran penting dalam upaya penanggulangan bencana terutama pada saat prabencana, kesiapsiagaan, dan respon penanganan bencana. Pengelolaan logistik yang efektif, efisien, dan andal menjadi faktor penting dalam penanggulangan bencana.
Logistik penanggulangan bencana perlu melibatkan banyak pihak untuk mengurangi risiko dampak bencana. Sinergi dan kolaborasi dari pemerintah, BUMN dan perusahaan swasta di sektor penyedia jasa logistik perlu dibangun. Pemanfaatan seluruh kapasitas dan kapabilitas BUMN sektor logistik dapat dilakukan pada setiap tahapan proses logistik penanggulangan bencana, mulai dari prabencana, darurat, dan pascabencana.
Dampak risiko bencana dapat diminimalkan dengan perencanaan, implementasi, dan pengendalian sistem logistik penanggulangan bencana yang efektif. Keberhasilan penanggulangan bencana merupakan salah satu wujud kehadiran negara dan kepedulian dunia usaha, masyarakat, dan semua komponen bangsa untuk bersama mengatasi penderitaan warga dan keluarga terdampak bencana dengan uluran bantuan kemanusiaan. Humanitarian logistics memainkan peran penting dalam penanggulangan bencana. Sisi lain peran logistik untuk kehidupan (logistics for life).
13 Desember 2017
*Isi artikel merupakan pemikiran penulis dan tidak selalu mencerminkan pemikiran atau pandangan resmi Supply Chain Indonesia.
Download artikel ini:
SCI - Artikel Humanitarian Logistics, Sisi Lain Peran Logistik dalam Penanggulangan Bencana (807.0 KiB, 182 hits)