Bisnis.com, JAKARTA — Pebisnis logistik berharap biaya dapat turun di bawah 20% dari produk domestik bruto pada 1—2 tahun mendatang. Implementasi industri 4.0 diharapkan menjadi pemicu dari turunnya ongkos logistik itu.
Ketua Umum Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Yuki Nugrahawan Hanafi mengatakan bahwa Indonesia tengah masuki momentum yang mendesak untuk meningkatkan daya saing industri nasional tak terkecuali di industri rantai pasok (supply chain) dan logistik.
Apalagi, Indonesia masih memiliki pekerjaan rumah bahwa biaya logistik masih tinggi yakni 23,7% terhadap GDP dan porsi biaya logistik menyumbang sekitar 40% dari harga ritel barang.
“Kita berharap produktivitas bisa berdaya saing tinggi, mata rantainya baik sehingga biaya logistik bisa dibawah 20% pada 1-2 tahun ke depan. Tahun lalu biaya logistik masih 23,7% terhadap GDP. Kalau dengan infrastruktur paling hanya turun jadi 21%. Sedangkan Malaysia dan Thailand sudah dibawah 15%. Oleh karena itu, stakeholder, swasta, dan industri harus kerja keras apalagi 2020 era industri 4.0 akan dimulai,” ujar Yuki dikutip dari keterangan resminya, Kamis (3/5/2018).
Industri 4.0 adalah industri generasi keempat yang telah dibuatkan peta jalan (road map) oleh Pemerintah Indonesia dalam rangka menuju Indonesia sebagai 10 besar ekonomi dunia pada 2030 melalui pemanfaatan teknologi berbasis digital.
Sumber dan berita selengkapnya:
Salam,
Divisi Informasi