JAKARTA – Industri transportasi dan pergudangan meminta pemerintah serta perusahaan milik negara untuk memberikan insentif sebagai dukungan industri saat ini. Insentif yang diberikan dapat menopang pertumbuhan industri penyimpanan hingga tahun depan.
Senior Consultant Supply Chain Indonesia (SCI) Sugi Purnoto mengatakan, masih menghadapi tekanan biaya disebabkan kenaikan harga transportasi setiap tiga bulan sekali. Bahkan, ia menyebut, Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) bersama Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) bekerja sama untuk memodifikasi truk angkut sebagai langkah penghematan.
“Kami sampai modifikasi buntut truk yang semula flat deck menggunakan rangka. Belum lagi harga bahan baku untuk box, wing box dan lainnya,” katanya dalam webinar yang diselenggarakan di Jakarta, Rabu (12/8).
Kenaikan harga kendaraan mengakibatkan beban tambahan di sisi pembayaran pokok dan bunga sewa guna usaha atau leasing yang turut membesar. Padahal, ia menilai, saat ini industri pergudangan berperan positif secara tidak langsung terhadap industri otomotif yang sedang lesu. “Misalnya, kinerja industri otomotif pada penjualan sektor angkutan penumpang yang melambat saat pandemi,” ujarnya.
Berdasarkan data BPS yang diolah SCI, selama periode 2017-2019 pertumbuhan PDB sektor logistik terpantau tumbuh positif. Tercatat pada 2018, PDB transportasi mengalami kenaikan 8,23% atau senilai Rp 666,2 triliun dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara pada 2019, PDB transportasi juga tumbuh positif 9,37% atau senilai Rp 728,6 triliun dibandingkan tahun sebelumnya.
Secara khusus, ia menilai, kinerja industri pergudangan mengalami kenaikan yang diperoleh dari kinerja penyimpanan produk dan barang konsumsi. SCI mencatat, PDB sektor pergudangan masih tumbuh optimis 9,52% (2018) dan 16,78% (2019).
Sumber dan berita selengkapnya:
https://www.validnews.id/Industri-Transportasi-dan-Pergudangan-Butuh-Insentif-JOn
Salam,
Divisi Informasi