REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Infrastruktur distribusi logistik laut yang ada saat ini belum mampu menurunkan biaya angkut yang efisien. Mahalnya biaya logistik disebabkan minimnya infrastruktur yang tersedia, hal itu menyebabkan harga komoditas pangan termasuk ikan selalu tinggi di pasaran.
Konsultan Senior Supply Chain Indonesia (SCI), Zaroni menilai, ketersediaan tol laut saat ini belum mampu menunjang kebutuhan logistik Indonesia. Selain karena sifatnya yang berbentuk subsidi, tol laut juga dinilai belum dibangun secara merata.
“Tol laut itu mestinya dibangun antara pelabuhan satu dengan pelabuhan tertentu. Semacam jembatan penghubung, jumlah ini sayangnya belum signifikan. Sehingga biaya logistik ikan juga mahal di pasar,” kata Zaroni saat dihubungi Republika, Rabu (9/10).
Dia menjelaskan, agregat biaya logistik di Indonesia mengambil peran hingga 20-40 persen terhadap produknya. Sedangkan di negara-negara lain seperti Amerika Serikat, Malaysia, Jepang, dan Cina hanya sekitar 11 persen.
Terlebih untuk komoditas ikan, kata dia, terdapat sejumlah elemen tambahan yang memperparah naiknya harga.
Selain infrastruktur logistik seperti tol laut, distribusi ikan juga membutuhkan sarana penunjang seperti ketersediaan cold storage dan angkutan khusus menuju pelabuhan. Hal itu lantaran ikan merupakan komoditas yang memiliki perlakuan khusus sehingga dapat sampai dengan bentuk yang segar ke pasar.
Selain permasalahan infrastruktur, dia juga menyebut bahwa rencana pembuatan tol laut oleh pemerintah juga harus dikaji lebih matang. Misalnya kajian mengenai identifikasi suatu wilayah yang meliputi potensi serta demand konsumen terhadap suatu komoditas.
“Kita sering sekali kan, begitu pergi angkut ikan. Pulangnya logistik itu kosong, harusnya diisi lagi dari daerah tujuan kirim dengan komoditas lain. Supaya enggak rugi,” ujarnya.
Sumber dan berita selengkapnya:
https://republika.co.id/berita/pz3tgr383/infrastruktur-distribusi-logistik-laut-masih-rendah
Salam,
Divisi Informasi