Jakarta, Menjelang akhir tahun, pengusaha truk mulai ketar-ketir jika terjadi pelarangan operasional truk pada hari Natal dan Tahun Baru. Kyatmaja Lookman, Presiden Direktur PT Lookman Djaja mengatakan, pelarangan truk menjelang akhir tahun sangat merugikan dunia usaha. Mengapa? “Bisnis itu dibagi menjadi empat kuartal dan target yang terbesar itu year end closing,” kata Kyatmaja.
Alasannya, menurut Kyatmaja, jika gagal mencapai target di kuartal pertama, perjuangan dialihkan ke kuartal kedua, ketiga, dan keempat. “Nah, kuartal keempat itu kesempatan terakhir mencapai target penjualan. Indonesia ini ada beberapa kali seasonal fluctuations seperti Lebaran, liburan sekolah, Natal dan tahun baru. Pada saat seperti ini angka penjualan itu tinggi. Kita tahu libur Lebaran jalan pasti ditutup dan persiapannya perlu minimal tiga bulan, mulai dari beli bahan baku, produksi, distribusi, kemudian dijual,” paparnya.
Sementara itu, libur-libur lain tidak pernah diantisipasi. “Libur Lebaran misalnya, bukan sesuatu yang murah. Tetapi karena volume tinggi, biaya masih bisa ditutupi,” ujarnya. Pertama, gudang harus disiapkan untuk ekstra stok. Kedua, biaya stok yang disimpan di gudang. Ketiga, risiko jika barang rusak atau hilang ketika disimpan. Keempat, biaya inap truk ketika gudang penuh tidak bisa menampung barang.
“Kenaikan biaya menjelang libur Lebaran bisa 5% sampai 10%. Jika diumumkan mendadak, bisa lebih mahal karena harus menggenjot produksi tiba-tiba. Sewa tiba-tiba. Ya tidak bisa seperti itu.
Akibatnya, penutupan penjualan akhir tahun tidak tercapai. Ketika tidak tercapai, financial performance jeblok, saham turun. Belum lagi di pelabuhan, ketika kapal sandar tidak bisa dibongkar, biaya demurrage naik. Ada mesin pabrik yang tidak bisa berhenti. Tidak ada material masuk ya tidak ada produksi. kita bukan semua barang domestic. Ada yang kebutuhan ekspor-impor. Negara lain tidak libur, kita tetap harus kirim. Mereka tidak mau ada tambahan biaya karena semua sudah ada di kontrak. Pelanggaran kontrak akan ada penalti. Belum lagi kelangkaan stok karena tidak ada pengiriman,” papar Kyatmaja.
Dewi Noraeni, Customer Service Manager & Indonesian Control Support PT Agility International mengatakan, efek pelarangan truk menjelang tahun baru adalah mengubah pola ekspor yang bisa berpengaruh terhadap jadwal produksi. “Belum tentu produksi bisa menyesuaikan. Akhirnya ada miss dalam pencapaian order di bulan Desember kalau stuffing harus maju,” katanya.
Sumber dan berita selengkapnya:
Salam,
DIvisi Informasi