SEMARANG – Rusaknya Jembatan Utama Comal di Pemalang, Jawa Tengah yang menghubungkan jalur strategis dari wilayah barat ke timur, sejak pekan lalu, telah berdampak sistemis yang merugikan sektor logistik nasional.
Saat ini, sejumlah kontainer mulai tertahan di Terminal Peti Kemas Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang, Jateng, akibat keterlambatan angkutan logistik. Kerusakan itu bahkan juga segera memicu lonjakan biaya pengangkutan bahan kebutuhan pokok hingga 25%.
General Manager Terminal Peti Kemas Semarang Iwan Sabatini mengatakan kerusakan jembatan di Pantai Utara Jawa itu mengakibatkan pengiriman barang ekspor dan distribusi barang impor mundur dari jadwal.
Wakil Ketua Gabungan Pengusaha Ekspor Impor Jateng Rio Rianto mengatakan sejumlah industri di wilayah Pantura mengalami gangguan pengangkutan logistik tetapi bisa diatasi melalui pengalihan jalur.
Setijadi, Chairman Supply Chain Indonesia (SCI), mengatakan amblesnya Jembatan Comal pada Kamis (17/7) malam telah mengganggu kelancaran pendistribusian barang karena sekitar 80% proses pengiriman barang di Pulau Jawa melalui angkutan jalan.
Apalagi, katanya, jalur alternatif yang memadai, baik dari aspek kelas jalan maupun kondisinya tidak tersedia. Kondisi itu memicu kenaikan waktu dan biaya pengiriman barang sehingga pendistribusian barang di Pulau Jawa ikut meningkat hingga 25%. “Ini juga belum memperhitungkan terjadinya kerusakan komoditas buah dan sayur yang dikirim dari Jateng ke Jakarta,” katanya.
LEBIH PARAH
Dengan rusaknya Jembatan Comal, Kementerian Perhubungan memprediksi kemacetan pada musim mudik tahun ini akan lebih parah daripada tahun lalu.
Menteri Perhubungan E.E. Mangindaan mengatakan ambrolnya jembatan kemungkinan besar akan memicu munculnya lokasi kemacetan baru pada jalur utara Jawa. “Bisa saja [lebih parah] kalau tidak selesai,” katanya.
PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daerah Operasional (Daops) IV Semarang memastikan ada peningkatan penumpang kereta sebesar 1.500 orang per hari akibat amblesnya jembatan Comal.
Sumber dan berita selengkapnya:
Bisnis Indonesia, edisi cetak 22 Juli 2014