SAMARINDA – Laju kinerja ekspor Kaltim berpotensi terhambat. Sebab, sejak pengujung 2020 lalu terjadi kelangkaan kontainer. Akibatnya, para eksportir termasuk di Kaltim mengalami kesulitan mendapatkan kontainer untuk mengirimkan barangnya ke luar negeri.
Ketua Gabungan Pengusaha Ekspor Indonesia (GPEI) Kaltim Muhammad Hamzah mengatakan, isu terbesar dunia eksportir sejak penghujung tahun adalah kelangkaan kontainer. Kelangkaan ini disebabkan Tiongkok yang memborong kontainer dunia karena mereka mau melakukan ekspor besar-besaran setelah lockdown.
“Tiongkok sedang mempersiapkan diri untuk melakukan ekspor besar-besaran ke berbagai negara,” jelasnya, Rabu (27/1). Kelangkaan saat ini disebutnya akibat kesalahan Indonesia. Sebab, kontainer adalah bagian dari kapal, sedangkan hampir semua kapal pengangkut kontainer merupakan milik negara asing. Ke depan, Indonesia harus sudah sadar pentingnya memiliki industri kontainer sendiri.
“Kita sudah sering sampaikan jika kapal ada asas cabotage, maka kontainernya juga harus menganut itu,” tuturnya. Menurutnya, asas cabotage merupakan kegiatan angkutan yang harus menggunakan kapal nasional dan dioperasikan awak kapal kewarganegaraan Indonesia. Kapal dan kontainer yang tidak menganut asas cabotage ini yang saat ini menjadi batu penghalang.
Sekarang sudah dirasakan kelangkaan kontainer karena tidak milik sendiri. Tidak memiliki kapal dan kontainer dalam negeri bukan hanya soal tarif yang lebih mahal. Saat ini biaya pengiriman memang sedang meningkat 3-4 kali lipat, tapi itu masih bisa dibayar. Sedangkan saat ini tidak ada barang masuk dan keluar karena kontainernya tidak ada.
“Kelangkaan ini yang seharusnya diatasi lewat asas cabotage tadi. Akhirnya kita tidak punya kepastian untuk melakukan ekspor, apakah minggu depan atau bagaimana. Karena kontainer untuk mengirimnya tidak ada,” ungkapnya.
Sumber dan berita selengkapnya:
https://kaltim.prokal.co/read/news/382535-kelangkaan-kontainer-bakal-ganggu-kinerja-ekspor.html
Salam,
Divisi Informasi