Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menilai konsep pelabuhan pintar atau smart port juga dapat mendorong efisiensi biaya logistik nasional di samping menjadi kunci sukses menghadapi kenormalan baru.
Sekretaris Jenderal Perhubungan Laut, Arif Toha Tjahjagama, mengatakan saat ini biaya logistik nasional masih tinggi, yakni sekitar 24 persen dari pendapatan domestik bruto (PDB). Besaran yang jauh di bawah Malaysia yang sudah mencapai 15 persen PDB.
“Ini satu komunitas tak bisa berdiri sendiri, di pelabuhan ada 13 instansi pelabuhan yang terlibat, perlu platform bersama jadi efektif dan efisien bisa mendorong daya saing industri di wilayah Asean maupun internasional,” katanya dalam acara Ngobrol Bisnis, Jumat (12/6/2020).
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) atau IPC, Arif Suhartono, menuturkan perusahaannya tengah melangkah menuju konsep pelabuhan pintar tersebut, melalui dua indikator utama yakni digitalisasi internal dan eksternal yang berujung pada digital.
“Digitalisasi internal akan mewujudkan menjadi perusahaan digital, sementara fokus eksternal akan mewujudkan pelanggan digital, kolaborasi keduanya menjadikan aktivitas ini sebagai digital bisnis. Terdapat tiga kunci utama yang harus disiapkan agar pelabuhan pintar dapat terwujud, yakni komitmen, manajemen perubahan dan kolaborasi,” kata Arif.
Sementara itu, Pakar Informasi Kepelabuhanan Supply Chain Indonesia (SCI), Rudy Sangian, menuturkan guna menyambut kenormalan baru smart port harus menjawab kebutuhan aspek kesehatan dengan mengurangi bahkan menghilangkan interaksi antarmanusia dalam proses kepelabuhanan.
Sumber dan berita selengkapnya:
https://ekonomi.bisnis.com/read/20200612/98/1251840/kemenhub-smartport-dorong-efisiensi-biaya-logistik-nasional
Salam,
Divisi Informasi