Oleh: Setijadi | Chairman Supply Chain Indonesia
Pelindo II dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat berencana merealisasikan proyek Inland Waterway Cikarang Bekasi Laut (CBL) yang merupakan proyek transportasi barang lewat kanal atau sungai antara Pelabuhan Tanjung Priok dan kawasan industri Cikarang.
Proyek CBL akan melancarkan transportasi barang maupun transportasi lainnya yang melalui jalur jalan raya dan tol Jakarta-Bekasi akan lebih lancar. Menurut Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, CBL akan dapat menangani sekitar 10-15% atau 200-300 juta ton kargo.
Supply Chain Indonesia (SCI) mengapresiasi rencana CBL karena merupakan salah satu upaya penyeimbangan penggunaan moda transportasi barang di Indonesia yang didominasi sekitar 90% oleh truk. Namun demikian, analisis SCI menunjukkan rencana realisasi proyek CBL perlu dipertimbangkan lagi.
Dari aspek keekonomian, jarak Pelabuhan Tanjung Priok dan Terminal CBL sekitar 30km mengakibatkan manfaat CBL tidak memadai dari aspek biaya dan waktu untuk proses bongkar muat barang di Pelabuhan maupun Terminal. Ekonomi skala juga tidak tercapai dengan kapasitas barge yang diperkirakan hanya 100 TEUs
Terminal CBL tidak berada di kawasan industri, sehingga diperlukan transportasi feeder dengan truk yang akan menambah proses dan biaya.
Pembangunan CBL memerlukan anggaran yang besar termasuk untuk pembongkaran dan penggantian beberapa infrastruktur seperti jembatan besar di Cibitung dan Muara CBL (Babelan), serta beberapa saluran pipa gas (a.l. milik Pertamina dan PGN), serta kabel dan tower listrik (milik PLN dan Cikarang Listrikindo).
Biaya pemeliharaan CBL akan mahal karena tingkat sedimentasi kanal yang tinggi dari area pertanian di sekitar CBL.
Proyek CBL itu sendiri tidak sesuai dengan Perda No. 12 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kabupaten Bekasi dan Perda No. 22 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Provinsi Jawa Barat.
Pengembangan transportasi barang dari/ke Pelabuhan Tanjung Priok harus mempertimbangkan aspek yang lebih luas, termasuk rencana Pelabuhan Patimban sebagai Proyek Strategis Nasional yang direncanakan beroperasi mulai tahun 2025.
Rekomendasi SCI
Dari beberapa alternatif moda transportasi barang antara Pelabuhan Tanjung Priok dan kawasan industri di wilayah Jawa Barat, SCI lebih merekomendasikan penggunaan kereta barang.
Pengangkutan barang antara Pelabuhan Tanjung Priok dan kawasan-kawasan industri, baik di Provinsi Jawa Barat maupun provinsi-provinsi lain di Pulau Jawa, dapat memanfaatkan beberapa container yard (CY) yang telah tersedia, misalnya di Cilegon, Cikarang, Klari, Cibungur, dan Bandung seperti ditunjukkan pada peta di bawah ini.
Gambar Lokasi Beberapa Container Yard Kereta Api di Pulau Jawa
Berdasarkan analisis SCI terhadap sekitar 70% volume ekspor-impor melalui Pelabuhan Tanjung Priok dari wilayah sekitar Jakarta, Provinsi Jawa Barat, dan Provinsi Banten tahun 2016, volume ekspor Tanjung Priok berasal dari Bekasi (sebesar 32%), Karawang (29%), Purwakarta (8%), Bandung (6%), Tangerang (14%), Bogor (4%), serta Cilegon dan Serang (8%).
Untuk impor, barang berasal dari Bekasi (sebesar 23%), Karawang (36%), Purwakarta (9%), Bandung (6%), Tangerang (14%), Bogor (4%), serta Cilegon dan Serang (3%).
CBL akan bermanfaat terutama untuk industri di wilayah Bekasi dan kurang sesuai dari aspek teknis dan ekonomis untuk menjangkau wilayah-wilayah lainnya itu.
Namun demikian, upaya pemanfaatan kereta barang tersebut harus dipersiapkan berbagai infrastruktur, baik di pelabuhan maupun CY KA, seperti peralatan bongkar muat, lapangan penumpukan, dll. Integrasi multimoda harus dilakukan secara efisien dan efektif.
Bandung, 14 Oktober 2018
Setijadi
Chairman | Supply Chain Indonesia
E-mail : setijadi@SupplyChainIndonesia.com
www.SupplyChainIndonesia.com
Download Catatan ini: Catatan SCI - Kereta Barang Lebih Baik daripada CBL (820.8 KiB, 427 hits)