Oleh: Setijadi | Chairman at Supply Chain Indonesia
Kerusakan Jembatan Cisomang berdampak terhadap pengalihan arus dari jalan tol Cipularang ke jalan non tol untuk sebagian kelas kendaraan, termasuk truk pengangkut barang (trucking). Pengalihan ini berdampak terhadap peningkatan jarak, waktu, dan biaya operasional truk, terutama karena kemacetan yang terjadi karena pengalihan arus kendaraan pengangkut barang sebagai dampak kerusakan Jembatan Cisomang. Kemacetan yang terjadi tersebut menunjukkan ketergantungan yang terlalu tinggi terhadap moda transportasi jalan.
Supply Chain Indonesia (SCI) berpandangan bahwa peristiwa kerusakan Jembatan Cisomang hendaknya menjadi momentum pengembangan kereta api barang Jakarta-Bandung dan tidak sekedar menjadi alternatif sementara waktu.
Pemerintah harus mengembangkan sistem transportasi yang berimbang untuk semua moda transportasi. Efisiensi akan dicapai jika sistem transportasi terintegrasi dalam suatu sistem transportasi multimoda.
Berkaitan dengan kerusakan Jembatan Cisomang, PT Kereta Api Indonesia (Persero)/KAI berencana segera mengoperasikan kereta api barang rute Jakarta-Bandung. Rencana ini sangat positif, sehingga perlu didukung oleh banyak pihak.
Rencana tersebut harus dipersiapkan secara matang berkaitan dengan beberapa permasalahan yang menyebabkan ketidakberhasilan kereta api barang rute itu selama ini. Salah satu faktor penyebabnya adalah masalah double handling yang berdampak terhadap biaya dan waktu, sehingga kereta api barang tidak bisa bersaing dengan trucking.
KAI perlu menghitung ulang tarif yang akan dibebankan untuk pengangkutan barang. Untuk mencapai biaya operasional yang efisien, faktor utama yang perlu diperhatikan adalah volume pengangkutan yang tinggi untuk mencapai ekonomi skala (economy of scale).
Selain itu, KAI perlu melakukan pembenahan manajemen penanganan barang di stasiun, termasuk penyediaan fasilitas (gudang, lapangan penumpukan, dan peralatan bongkar muat) yang memadai dan proses penanganan barang untuk mempersingkat waktu bongkar muat.
Komunikasi antara KAI dan pengguna perlu dilakukan untuk mendapatkan jadwal yang sesuai dengan keberangkatan kapal di Pelabuhan Tanjung Priok. Akan lebih baik lagi jika fleksibilitas layanan bisa ditingkatkan, misalnya jadwal bisa mengakomodasi kebutuhan delivery time dan mampu menampung kontainer bila ada kebutuhan early stacking.
Kemudahan layanan lainnya yang bisa ditawarkan misalnya entry dapat dilakukan satu kali di TPK Gedebage saja, terlebih jika bisa langsung dapat memberikan seluruh rincian biaya sampai di CY.
Untuk meningkatkan layanannya, KAI perlu mengembangkan sinergi dengan perusahaan-perusahaan trucking. Sinergi ini dengan mengintegrasikan layanannya untuk mengefisienkan proses dan biaya.
Integrasi layanan akan memudahkan para pengguna dalam mendapatkan layanan yang diperlukan. Pengguna membutuhkan layanan terintegrasi end-to-end dengan biaya yang efisien.
Peningkatan penggunaan kereta api barang Jakarta-Bandung berpotensi memberikan beberapa manfaat lain. Pengalihan sebagian pengangkutan barang dari moda transportasi jalan ke kereta api tersebut akan menurunkan tingkat kepadatan lalu lintas jalan Jakarta-Bandung dan dampak polusinya. Selain berdampak positif terhadap kelancaran lalu lintas secara umum, kelancaran ini akan berdampak positif pula terhadap peningkatan produktivitas trucking yang selama ini terkendala akibat kemacetan jalan.
Pengalihan sebagian pengangkutan barang ke moda kereta api juga akan berdampak positif terhadap Pelabuhan Tanjung Priok, yaitu pengurangan tingkat kepadatan di Pelabuhan itu.
Terima kasih.
6 Januari 2017
Setijadi
Chairman
Supply Chain Indonesia
www.SupplyChainIndonesia.com
E-mail : setijadi@SupplyChainIndonesia.com
Download Catatan ini:
Kerusakan Jembatan Cisomang: Momentum Pengembangan Kereta Api Barang Jakarta-Bandung (572.7 KiB, 159 hits)