SEMARANG, KOMPAS – Penataan distribusi logistik harus dibenahi. Momentum pembenahan jembatan timbang hanya salah satu dari upaya besar yang harus dilakukan. Ke depan, distribusi logistik tidak bisa hanya mengandalkan jalan raya, tetapi juga harus melalui jalur lain, seperti laut dan rel kereta api, untuk mengurangi beban jalan.
Pakar transportasi dari Universitas Katolik Soegijapranata Semarang, Djoko Setijowarno, Selasa (20/5), di Kota Semarang, Jawa Tengah, mengatakan, berbagai pelanggaran di jembatan timbang menjadi cermin buruknya penataan logistik selama ini.
Idealnya, pengiriman barang dengan truk melalui jalan raya adalah untuk jarak maksimal 500 kilometer. Selebihnya, perhitungan biaya tidak akan masuk. Saat ini, banyak barang dari Jawa Timur dikirim ke Jakarta, lewat jalan raya. Tidak mengherankan banyak truk kelebihan muatan karena mereka tidak akan untung kalau tidak lebih muatannya,” kata Djoko.
PUNGLI TAK ADA LAGI
Sejumlah sopir yang melintasi jalur utama pantura dari arah Jakarta menuju Jateng dan Jawa Timur mengaku tidak lagi di kenai pungutan liar di jembatan timbang di Jateng.
Hal ini seperti dikatakan Didi (35), sopir truk trailer yang mengangkut besi dari Surabaya menuju Jakarta, saat beristirahat di Plered, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Didi mengatakan, dirinya tidak lagi dikenai pungli di jembatan timbang Subah di Batang dan jembatan timbang Sarang di Rembang.
Sumber dan berita selengkapnya:
Kompas, edisi cetak 21 Mei 2014