Jakarta, Motoris – Meski mengapresiasi langkah pemerintah untuk menurunkan tarif tol agar bisa mengurangi biaya logistik yang saat ini masih 24% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Namun, sejumlah kalangan pelaku bisnis menilai upaya ini relatif tidak signifikan.
Sebab, komponen terbesar biaya angkutan truk logistik adalah Bahan Bakar Minyak (BBM), suku bunga kredit investasi pembelian truk, dan biaya untuk awak truk.
“Penurunan tarif tol kurang berdampak terhadap penurunan biaya transportasi dan logistik. Karena porsi biaya ini sangat kecil. Untuk rute Jakarta-Surabaya misalnya, komponen biaya tol hanya sekitar 2% dari total biaya,” ucap Chairman Supply Chain Indonesia (SCI), Setijadi, kepada Motoris, di Jakarta, Kamis (12/4/2018).
Menurutnya, porsi terbesar untuk angkutan truk adalah ongkos pembelian BBM, yakni 29-32%. Kemudian biaya depresiasi atau pencadangan biaya untuk penurunan nilai ekonomis truk sekitar 18-19%, dan biaya perawatan truk 12%. Biaya lain yang porsinya cukup besar adalah biaya sopir dan asistennya yang besarnya 10-12%. Selain itu biaya untuk asuransi.
“Besarnya biaya untuk BBM dan perawatan itu dikarenakan sejumlah hal, termasuk kemacetan dan kerusakan jalan. Sehingga, truk akan lebih boros konsumsi bahan bakar dan komponen truk juga cepat aus. Karena itulah, selain pembangunan infrastruktur untuk mengatasi macet juga perlu dikembangkan angkutan multi moda agar penggunaan jenis-jenis moda dapat berimbang,” ujar Setijadi.
Sumber dan berita selengkapnya:
https://www.motoris.id/industri/8340/maaf-penurunan-tarif-tol-tak-tepat-turunkan-biaya-logistik/
Salam,
Divisi Informasi