Oleh: Ricky Virona Martono, CPIM., CLTD.
Trainer, Lecturer, & Consultant
PPM Manajemen
Munculnya isu lingkungan hidup dari masyarakat dan pemerintah pada akhirnya mendorong perusahaan-perusahaan untuk mengurangi dampak buruk terhadap lingkungan dari semua aktivitas operasi dan logistiknya di seluruh jaringan logistik.
Isu lingkungan hidup yang ramah lingkungan (green) dikedepankan oleh masyarakat dan pemerintah secara otomatis mendorong penerapan konsep ramah lingkungan pada setiap aktivitas logistik (green logistics). Berikut ini beberapa contoh penerapan konsep green di setiap aktivitas logistik dan potensi dampak negatif jika konsep green tidak diterapkan:
Green Logistics yang berbasis prinsip Sustainability berarti bahwa keberhasilannya adalah peran semua pihak. Pemerintah perlu mempromosikan regulasi dan menyediakan insentif bagi perusahaan yang menerapkan prinsip ramah lingkungan. Pengawasannya dapat dilakukan dengan skema sertifikasi yang diaudit berkala. Dengan demikian, bukan hanya aktivitas logistik, berangsur-angsur perusahaan difasilitasi untuk menghasilkan juga produk yang ramah lingkungan (green) seperti produk dan kemasan yang dibuat dari material yang dapat didaur ulang (recycle).
Ketika segenap pihak mengarah kepada tujuan yang sama, maka pasar dari produk green ini akan muncul dan berkembang dengan sendirinya. Promosi dapat dilakukan melalui platform sebagai sistem informasi yang mencakup: material yang digunakan untuk produksi, asal material diperoleh, lokasi pengumpulan produk setelah selesai dikonsumsi, perusahaan yang melakukan proses daur ulang, sampai kepada update akumulasi jumlah dan nilai ekonomis produk/material yang sudah didaur ulang. Promosi semua informasi tersebut kepada masyarakat dan konsumen diharapkan semakin mendorong masyarakat dan konsumen mengkonsumsi produk ramah lingkungan.
Dengan demikian berbagai manfaat yang ingin dicapai dari Green Logistics dapat tercapai, misalnya:
- Kesinambungan dan integrasi isu manajemen lingkungan di seluruh jaringan supply chain. Dampak positif dan negatif akan terasa sampai ke pihak eksternal perusahaan, seperti: konsumen, masyarakat, dan pemerintah. Tanpa koloborasi dan integrasi yang baik, dampak dan risiko lingkungan akan terakumulasi dan dirasakan oleh stakeholder terkait.
- Customer Experience, yaitu meningkatkan brand image dari perusahaan sebagai produk yang diproduksi menggunakan material dan menggunakan proses yang ramah lingkungan, menurunkan risiko kerusakan produk dan moda transportasi.
- Environment, yaitu terciptanya prinsip ramah lingkungan di seluruh jaringan logistik akan meningkatkan keamanan produksi dan konsumsi produk.
- Economy, yaitu mengurangi biaya logistik, misalnya dengan efisiensi bahan bakar dan konsumsi sumber daya yang lebih efisien.
- Bagi pemasok dan produsen, yaitu menyediakan proses produksi serta konsumsi yang ramah lingkungan, mengurangi biaya produksi, utilitas, dan logistik.
- Bagi masyarakat, yaitu meningkatkan kepedulian terhadap kelestarian lingkungan hidup, meningkatkan kesadaran, motivasi dan kebanggaan karena mampu mencapai target yang baik untuk peduli dengan lingkungan hidup, serta mendukung lingkungan hidup menghadapi pemanasan global.
Di sisi lain, strategi untuk mencapai indikator keberhasilan di atas dapat bertolak belakang dengan strategi efisiensi Logistik (Paradoxes of Green Logistics). Beberapa contoh dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Perjalanan mewujudkan sistem Logistik yang ramah lingkungan tidaklah mudah dan cepat. Terutama hambatan bahwa perusahaan harus mengalokasikan sejumlah profit untuk investasi pada sistem dan cara kerja yang mendukung ramah lingkungan. Kemungkinan lain, biaya investasi ini akan dibebankan kepada harga jual produk yang artinya membebani konsumen, bahkan berpotensi mengurangi daya saing produk di pasar.
Hambatan ini seperti: apakah perusahaan harus membangun fasilitas produksi baru atau modifikasi fasilitas produksi yang ada agar menjadi ramah lingkungan? Begitu juga dengan membeli moda transportasi baru atau meodifikasi moda transportasi yang ada agar ramah lingkungan? Apakah harus mengganti komponen dan raw material menjadi material yang dapat didaur ulang?
Mengganti komponen ataupun bahan mentah berarti perlu kolaborasi dengan supplier (terkait isu product design) dan distributor (isu packaging dan handling). Perlu diingat bahwa perubahan desain produk dan dimensi atau karakter kemasan pada akhirnya menuntut penyesuaian dari distributor dalam menangani (handling) produk.
25 Oktober 2022
Referensi:
Rodrigue, Jean-Paul. The Geography of Transport System. Routledge. 5th ed. 2020
*Isi artikel merupakan pemikiran penulis dan tidak selalu mencerminkan pemikiran atau pandangan resmi Supply Chain Indonesia.
Download artikel ini:
SCI - Artikel Manfaat dan Paradoks Green Logistics (951.8 KiB, 133 hits)