Oleh: Dr. Zaroni, CISCP. | Senior Consultant at Supply Chain Indonesia
Logistik dan supply chain memungkinkan manajemen perusahaan melakukan perbaikan pada rantai proses mulai dari aliran inventory masuk, proses produksi, sampai aliran inventory disampaikan ke konsumer akhir. Ruang atau area perbaikan ini dapat berupa peningkatan kualitas, tingkat layanan, dan penurunan biaya.
Untuk dapat melakukan perbaikan, manajemen perusahaan memerlukan sistem biaya berbasis aktivitas, atau yang dikenal dengan activity-based costing.
Activity-based costing (ABC) adalah model akuntansi biaya. Model ABC ini digunakan untuk mengalokasikan semua biaya, berdasarkan sumber daya yang digunakan untuk menjalankan aktivitas yang berkaitan dengan produk dan jasa yang disediakan bagi pelanggan. Model ABC ini didasari pada konsep bahwa untuk menjalankan suatu rencana, manajemen perusahaan melaksanakan serangkaian aktivitas. Dalam melaksanakan aktivitas-aktivitas tersebut akan mengkonsumsi sumber daya, baik berupa material, tenaga kerja, mesin-mesin, gedung, dan sebagainya. Konsumsi sumber daya ini menimbulkan terjadinya cost atau biaya. Model ABC mengkaitkan antara aktivitas dengan konsumsi sumber daya.
Model ABC pada awalnya lebih banyak digunakan untuk mengalokasikan biaya overhead, yaitu salah satu komponen biaya produksi, selain biaya pemakaian material dan biaya tenaga kerja langsung, untuk mengkonversi material menjadi produk jadi.
Model ABC memperbaiki kelemahan mendasar akuntansi biaya “tradisional”, yang cenderung mengalokasikan biaya overhead berdasarkan volume, sesuai dengan rasionalitas hubungan biaya overhead dengan basis tertentu, seperti baiay tenaga kerja langsung, jam tenaga kerja langsung, dan jam kerja mesin.
Kelemahan alokasi biaya overhead berdasarkan volume adalah biaya produk bervolume tinggi cenderung terlalu tinggi, sementara biaya produk bervolume rendah menjadi terlalu rendah.
Berbeda dengan metode-metode akuntansi biaya tradisional, ABC menghitung biaya produk, pelanggan, atau jasa dengan menghubungkan biaya overhead bukan dengan berdasarkan pada volume, melainkan pada aktivitas yang diperlukan atau dilakukan untuk menghasilkan atau menyediakan jasa, produk, dan pelanggan tersebut sesuai dengan prinsip cause and effect terjadinya biaya.
ABC berusaha mengidentifikasi hubungan sebab-akibat (cause and effect) untuk menentukan biaya secara obyektif. Setelah biaya aktivitas diidentifikasi, biaya setiap aktivitas tersebut dihubungkan pada setiap produk, jasa, dan pelanggan sesuai dengan aktivitas yang dijalankan. Dengan cara ini, ABC sering mengidentifikasi bidang-bidang dengan biaya overhead per unit yang tinggi, dan mampu mengarahkan perhatian manajemen perusahaan untuk mencari cara mengurangi biaya, atau membebankan harga lebih tinggi bagi produk-produk mahal (Kaplan & Cooper, 1998).
Asumsi mendasar ketika menggunakan model ABC bahwa biaya dihasilkan bukan oleh produk atau pelanggan sendiri, tetapi oleh aktivitas yang dibutuhkan untuk membuat atau melayani mereka. Karena produk yang berbeda membutuhkan aktivitas yang berbeda, dan setiap produk menggunakan tingkat sumber daya yang berbeda, maka alokasi biaya harus diukur sesuai dengan konsumsi dari sumber daya berdasarkan aktivitas yang dijalankan.
Activity-based costing dapat berguna jika biaya overhead tinggi dan produk/pelanggan sangat bervariasi dalam kaitannya dengan kompleksitas dan biaya penanganan. ABC mengubah indirect cost menjadi direct cost. Sebagai suatu sistem cost management yang lebih akurat daripada akuntansi biaya tradisional, ABC mengidentifikasi peluang-peluang untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dari proses bisnis dengan menentukan true cost suatu produk atau jasa.
Penggunaan activity-based costing
Ada lima langkah yang dilibatkan dalam melakukan analisis ABC (Kaplan & Cooper, 1998):
- Tentukan objek biaya, aktivitas tidak langsung, dan sumber daya yang digunakan bagi aktivitas tak langsung;
- Tentukan biaya per aktivitas tak langsung;
- Identifikasi cost driver untuk setiap sumber daya;
- Hitung biaya total produk tidak langsung untuk jenis objek biaya;
- Membagi biaya total berdasarkan kuantitas untuk biaya tidak langsung per objek individu.
Objek-objek biaya adalah produk, pelanggan, layanan, atau hal lain yang merupakan objek dari akuntansi biaya. Aktivitasnya dapat berupa apa pun yang dilakukan perusahaan untuk menjalankan bisnisnya: penerimaan, loading, pengepakan, penanganan, menelepon, menjual, membeli, mempromosikan, menghitung, menulis pesanan, membaca pesanan, dan lain-lain.
Aktivitas tak langsung tidak secara khusus digunakan bagi objek-objek biaya. Sumber-sumber daya adalah mesin, komputer, manusia, atau kapasitas atau aset yang lain dapat dialokasikan (sebagian) untuk suatu aktivitas.
ABC memungkinkan segmentasi berdasarkan profitabilitas dan membantu menentukan nilai pelanggan secara lebih akurat. Dengan demikian, penggunaan ABC ini adalah langkah pertama menuju activity-based management (ABM). ABC tidak menilai efisiensi atau produktivitas dari aktivitas, meskipun ini mungkin sangat penting bagi perbaikan. Selain itu, ABC mengasumsikan bahwa sangatlah mungkin untuk mengidentifikasi objek-objek biaya khusus, aktivitas-aktivitas, dan sumber daya. Pada akhirnya, hasil dari analisis ABC sangat ditentukan dengan keakuratan dalam penghitungan inputnya, yaitu aktivitas dan konsumsi sumber daya.
Sisi lain potensi penggunaan activity-based costing:
- Memberikan pemahaman yang lebih baik bagi manajemen perusahaan mengenai cost driver. Model akuntansi biaya tradisional tidak memberikan perhatian pada penyebab terjadinya biaya (cost driver). Penggunaan ABC memungkinkan manajer untuk melihat keterkatian antara penyebab biaya (cost driver) dengan biaya secara rasional. Dengan memahami cost driver ini memungkinkan manajer mengetahui biaya mana yang merupakan good costs dan bad costs.
- Mampu membedakan antara biaya yang memberikan nilai tambah (value–adding cost) dan biaya yang tidak memberikan nilai tambah (nonvalue–adding costs). Pada umumnya, para manajer berkeinginan untuk melakukan pengurangan biaya melalui eliminasi aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah. Namun, tanpa bantuan analisis ABC, manajer akan mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi aktivitas mana yang memberikan nilai tambah dan aktivitas mana yang tidak memberikan nilai tambah, sehingga manajer mampu melakukan eliminasi pada aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah.
- Mampu menyediakan informasi untuk analisis profitabilias per produk dan pelanggan. Dalam organisasi perusahaan, seringkali ditemukan beberapa produk atau pelanggan yang tidak memberikan kontribusi profit terhadap perusahaan. Manajer perlu mengidentifikasi, produk dan pelanggan mana yang tidak memberikan profit tersebut, dan keputusan stratejik dapat diambil untuk meningkatkan profitabilitas produk dan pelanggan dengan menggunakan analisis ABC.
- Mampu memberikan informasi secara akurat bagi manajemen, selain untuk alokasi biaya overhead, manajemen dapat berfokus pada eliminasi biaya overhead. Biaya overhead merupakan salah satu komponen biaya produk yang cukup besar, terutama pada perusahaan yang menggunakan teknologi dan investasi padat modal. Manajer berfokus pada penurunan biaya overhead dan meningkatkan utilisasi kapasitas pabrik dengan menggunakan analisis ABC.
Bagaimana mengimplementasikan activity-based costing secara efektif?
- Mengubah dan mengeloborasi dari accounting costs-cost centers ke dalam activity costs.
- Menggunakan analisis ABC untuk mengidentifikasi dan membedakan antara aktivitas yang memberikan nilai tambah dan aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah bagi produk dan pelanggan.
- Menggunakan analisis aktivitas untuk melakukan pengurangan biaya operasional berdasarkan aktivitas.
- Menggunakan ABC untuk analisis profitabilitas per produk dan pelanggan.
Mempertimbangkan penggunaan ABC untuk analisis time-based ABC sebagai salah satu strategi dalam bersaing berdasarkan waktu (time–based competition).