Bisnis.com, JAKARTA – Wajar kalau banyak orang di Indonesia pesimistis jika negara ini mampu melakukan transisi dari ekonomi konvensional yang cenderung eksploitatif terhadap sumber daya alam atau lebih dikenal dengan ekonomi cokelat (brown economy) menuju ekonomi hijau (green economy) yang dianggap bersih dan ramah lingkungan.
Mengapa? Pasalnya, hambatan dan rintangan untuk mewujudkan ekonomi hijau tersebut terbilang begitu kompleks, ibarat tembok yang begitu sulit untuk diruntuhkan. Indonesia masih berkutat dengan ekonomi yang ditopang oleh kegiatan eksploitatif terhadap lingkungan dan sumber daya alam.
Hal tersebut dipilih, karena dianggap sebagai jalan tercepat untuk mendapatkan keuntungan dengan ongkos yang terbilang murah. Indonesia masih sangat bergantung dengan bahan bakar fosil (fossil fuel). Hampir setiap kegiatan produksi harus ditopang oleh sumber daya yang berasal dari fosil, seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam.
Ketergantungan pada bahan bakar fosil menjadi salah satu hambatan besar yang membuat transisi menuju ekonomi hijau agaknya hampir mustahil.
Dalam sejarahnya, bukan hanya Indonesia yang memiliki ketergantungan yang sangat kuat dari bahan bakar fosil tapi juga hampir semua negara di dunia. Namun, banyak negara maju mulai meninggalkan energi fosil, karena jelas energi baru terbarukan lebih menguntungkan secara ekonomi maupun ekologi.
Sumber dan berita selengkapnya:
https://ekonomi.bisnis.com/read/20210719/44/1419352/menuju-proses-transisi-ekonomi-hijau
Salam,
Divisi Informasi