Suara.com – Pertumbuhan e-commerce di Indonesia semakin besar, bahkan diproyeksi pasar e-commerce Indonesia tahun 2022 tumbuh hingga Rp 955 triliun. E-commerce yang banyak dikenal dan diterapkan pebisnis Indonesia adalah model B2C (business-to-consumer) ataupun C2C (consumer-to-consumer).
Selain B2C dan C2C ada juga sektor B2B (business-to-business) yang juga memiliki potensi besar. Di Amerika Serikat (AS), misalnya, perkembangan pasar ecommerce B2B lebih besar dibandingkan B2C pada 2017.
Pasar B2C di Amerika Serikat mencapai 369 miliar dolar AS, sedangkan B2B senilai 889 miliar dolar AS. Begitu pun di China, pasar ecommerce B2B lebih besar dibanding B2C. Potensi pasar B2C di sana senilai 499 miliar dolar AS, sedangkan B2Bnya sebesar 2,65 triliun dolar AS.
Sementara di Korea Selatan, potensi pasar B2C hanya 22 miliar dolar AS pada 2013. Sedangkan potensi pasar B2B-nya lebih besar, yakni 997 miliar dolar AS.
Celah potensi besar tersebut ditangkap oleh PT Misumi yang didirikan pada Juni 2013 dan mulai beroperasi pada September 2013 yang bergerak di industri manufaktur.
“Dengan pertumbuhan bisnis manufaktur di Indonesia, Misumi percaya bahwa Indonesia adalah pasar yang sangat potensial di masa depan. Setelah 4 tahun beroperasi, pada bulan April 2017, Misumi meluncurkan VONA (Variation & One-stop by New Alliance) dan memperbarui e-katalog kami untuk menawarkan lebih banyak merek dan produk kepada pelanggan kami. Pilihan produk juga bertambah dari waktu ke waktu sehingga memberikan lebih banyak kebebasan kepada pelanggan dalam memilih Misumi sebagai One Stop Solution,” kata Presiden Direktur Misumi, Koji Yamada dalam keterangannya, Selasa (26/11/2019).
Sumber dan berita selengkapnya:
https://www.suara.com/bisnis/2019/11/26/101144/misumi-incar-besarnya-potensi-pasar-e-commerce-indonesia
Salam,
Divisi Informasi