Bisnis.com, JAKARTA: Pebisnis di Pelabuhan Tanjung Priok mengharapkan optimalisasi fasilitas dan aktivitas di pusat konsolidasi kargo ekspor impor atau container freight station (CFS) centre yang sudah disiapkan di pelabuhan tersibuk di Indonesia itu.
Praktisi forwarder dan logistik yang juga Komisaris PT Tata Waskita, Wisnu Waskita mengatakan, kehadiran CFS centre di pelabuhan Priok merupakan bagian dari pembenahan tata kelola di pelabuhan tersibuk di Indonesia itu, dan semestinya mendapat respon dan dukungan maksimal dari pelaku usaha dalam rangka mengefisiensikan biaya logistik khususnya terhadap kargo impor berstatus less than container load.
Kargo impor bersrstatus less than container load (LCL) merupakan kargo yang dimuat dalam satu peti kemas namun dimiliki lebih dari pemilik/consigne dan status kargo tersebut masih dalam pengawasan petugas kepabeanan di pelabuhan.
“Dengan adanya fasilitas CFS centre untuk penanganan kargo impor berstatus LCL itu, otomatis tugas pengawasan oleh instansi Bea dan Cukai menjadi lebih mudah dan efektif karena terpusat ,” ujarnya kepada Bisnis, Minggu (17/12/2017).
Wisnu mengatakan, semua pihak seharusnya mengedepankan kepentingan nasional untuk bersama-sama ikut menyukseskan program pemerintah dan Presiden Joko Widodo dalam menurunkan biaya logistik. Apalagi, kata dia saat ini PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II/IPC sudah menyatakan bahwa pengelolaan CFS Centre di Pelabuhan Priok dikelola oleh dua perusahaan logistik yang sudah cukup lama berkecimpung di bidang itu yakni PT Multi Terminal Indonesia/IPC Logistic Service yang merupakan anak usaha Pelindo II, dan PT Agung Raya Warehouse.
Sumber dan berita selengkapnya:
Salam,
Divisi Informasi