Dalam skema besar proyek tol laut di Indonesia, pelabuhan merupakan titik sentral. Oleh karena itu, pemerintah menetapkan 24 pelabuhan di seluruh Indonesia untuk mendukung program tersebut. Diantara 24 pelabuhan itu, ada empat pelabuhan, yaitu Belawan, Tanjung Priok, Tanjung Perak, dan Makassar, yang menjadi pelabuhan utama.
Untuk mencapai keandalan, frekuensi, dan efisiensi sebagai prasyarat untuk menurunkan biaya logistik, menurut Dirut PT Pelindo II Richard Joost Lino, ke-24 pelabuhan itu akan diubah fungsinya. Ada yang dirancang sebagai titik pengumpul (hub). Tidak sedikit pula yang kelak menjadi penghubung (spoke) saja.
“Sorong itu pelabuhan pengumpul. Lalu pelabuhan penghubung tersebar di Papua, Papua Barat, Maluku, NTB, dan Sulawesi. Selama ini pengiriman barang antarpelabuhan rumit dan menelan biaya tinggi, Rp4,78 juta (US$366) per twenty foot equivalent unit (teu),” kata Lino kepada Media Indonesia, Selasa kemarin (31/03/2015).
Butuh Rp699 triliun
Deputi Sarana dan Prasarana Bappenas Deddy Priatna mengakui pemerintah telah menggelontorkan dana Rp7,9 triliun dalam APBNP 2015 untuk memulai proyek tol laut. “Ada juga dana penyertaan modal kepada PT Pelindo IV sebesar Rp2 triliun.”
Dalam kajian Bappenas, lanjut Deddy, selama lima tahun ke depan, proyek tol laut membutuhkan anggaran Rp 699,9 triliun. Dana jumbo sebesar itu akan diserap untuk mengembangkan 24 pelabuhan senilai Rp243,6 triliun, pelayaran jarak pendek Rp7,5 triliun, fasilitas kargo umum dan bulk Rp40,6 triliun, pengembangan pelabuhan nonkomersial Rp198,1 triliun, pengembangan pelabuhan komersial Rp41 triliun, transportasi multimoda Rp50 triliun, revitalisasi galangan kapal Rp10,8 triliun, pengadaan kapal Rp101 triliun, dan kapal patroli Rp6,04 triliun.
Sumber dan berita selengkapnya:
http://suaracargo.com/2015/04/01/pelabuhan-sebagai-titik-sentral-pembangunan-tol-laut-indonesia/