Bisnis, JAKARTA – Penurunan volume muatan menjadi persoalan yang membuat usaha pelayaran rakyat tidak prospektif. Problem itu menjadi salah satu dari 13 permasalahan yang melingkupi pelra berdasarkan temuan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Peneliti Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan LIPI, Sudiyono mengatakan, pelra kalah bersaing dengan kapal modern yang lebih cepat, keamanan dan keselamatan yang lebih terjamin, bermuatan banyak, lebih murah, serta lebih nyaman.
“Alternatif solusinya adalah perlu adanya kuota angkutan untuk melindungi pelayaran rakyat,” katanya dalam focus group discussion bertema Revitalisasi Pelayaran Rakyat, Selasa (3/9).
Akibat kekurangan muatan, muncul masalah kedua, yakni usaha pelra menjadi tidak prospektif. Implikasinya, generasi muda tidak tertarik karena bekerja di sektor pelra dianggap tidak menjanjikan peningkatan kesejahteraan lagi.
Saat ini, subsidi sebatas diberikan kepada pelayaran-pelayaran besar yang ditugaskan mengoperatori tol Tol Laut. Paulus mengatakan, pemberian subsidi kepada pelra tidak hanya memberi jaminan muatan kepada pelra, tetapi juga semakin memangkas disparitas harga.
“Sampai di pelabuhan tujuan, barang-barang di-stuffing, dipindahkan ke kapal pelra, untuk diangkut ke pelabuhan-pelabuhan yang lebih kecil. Di sinilah kapal pelra disubsidi. Dengan begitu, harga barang akan sama dengan di kota,” ujarnya.
Sumber dan berita selengkapnya:
https://koran.bisnis.com/read/20190905/450/1144635/pelabuhan-rakyat-kuota-muatan-jadi-solusi
Salam,
Divisi Informasi