
Oleh: Melati Salma
Junior Consultant & Researcher
Supply Chain Indonesia
Pengadaan berkelanjutan (green procurement) semakin menjadi perhatian utama bagi perusahaan yang ingin mengurangi dampak lingkungan dari operasional mereka (UNEP, 2020). Peningkatan kesadaran terhadap perubahan iklim dan regulasi yang lebih ketat, perusahaan perlu mengadopsi strategi pengadaan yang tidak hanya efisien secara biaya, tetapi juga ramah lingkungan (World Economic Forum, 2021). Artikel ini akan membahas bagaimana perusahaan dapat menerapkan prinsip green procurement dan mengulas studi kasus tentang dampak pengadaan ramah lingkungan terhadap biaya serta regulasi.
Pengadaan berkelanjutan adalah pendekatan dalam pengadaan barang dan jasa yang mempertimbangkan aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi. Pendekatan ini bertujuan untuk menciptakan keseimbangan antara efisiensi bisnis dan tanggung jawab lingkungan serta sosial. Implementasi pengadaan berkelanjutan mencakup beberapa aspek penting berikut:
- Pemilihan bahan baku yang ramah lingkungan: Perusahaan harus memilih bahan yang memiliki dampak lingkungan yang lebih rendah, seperti bahan daur ulang, bahan organik, atau produk yang bersertifikat eco-label. Hal ini bertujuan untuk mengurangi eksploitasi sumber daya alam dan mengurangi limbah produksi. Selain itu, perusahaan dapat mempertimbangkan penggunaan bahan baku yang dapat diperbarui atau biodegradable untuk mendukung siklus hidup produk yang lebih berkelanjutan.
- Optimasi rantai pasok: Pemilihan pemasok yang menerapkan praktik ramah lingkungan menjadi salah satu langkah utama dalam pengadaan berkelanjutan. Termasuk bekerja sama dengan pemasok yang memiliki kebijakan keberlanjutan yang jelas, menggunakan energi terbarukan dalam proses produksi, dan memiliki sertifikasi lingkungan seperti ISO 14001. Selain itu, optimasi rantai pasok dapat dilakukan dengan mengurangi jumlah transportasi yang tidak perlu dan memilih jalur logistik yang lebih efisien untuk mengurangi emisi karbon.
- Pengurangan limbah dan emisi karbon: Perusahaan dapat mengurangi limbah dan emisi karbon dengan memilih produk yang memiliki siklus hidup yang lebih panjang dan yang lebih sedikit menghasilkan limbah selama penggunaannya. Hal ini bisa dicapai melalui desain produk yang lebih tahan lama, penggunaan material yang dapat didaur ulang, serta kebijakan pengelolaan limbah yang lebih ketat.
Selain itu, mengurangi kemasan yang berlebihan dan mengadopsi pendekatan circular economy, di mana produk bekas dikumpulkan, diperbaiki, dan digunakan kembali, juga dapat membantu dalam pengurangan limbah dan emisi karbon secara signifikan.
Mengadopsi prinsip green procurement memberikan berbagai manfaat bagi perusahaan dalam jangka panjang. Salah satu manfaat utama adalah efisiensi biaya. Meskipun biaya awal bisa lebih tinggi, perusahaan dapat menghemat biaya operasional melalui efisiensi energi, optimalisasi penggunaan sumber daya, dan pengurangan limbah (McKinsey & Company, 2021). Dengan menggunakan bahan baku yang dapat didaur ulang serta teknologi hemat energi, perusahaan dapat menekan biaya produksi secara signifikan dan meningkatkan profitabilitas.
Selain itu, penerapan pengadaan berkelanjutan juga meningkatkan reputasi perusahaan serta memberikan keunggulan kompetitif. Konsumen dan mitra bisnis semakin tertarik untuk bekerja sama dengan perusahaan yang menunjukkan komitmen terhadap keberlanjutan. Pengadaan yang berorientasi lingkungan juga dapat memberikan nilai tambah bagi produk dan layanan, menjadikannya lebih menarik bagi pasar yang semakin sadar akan isu lingkungan.
Kepatuhan terhadap regulasi menjadi faktor penting lainnya dalam penerapan green procurement. Pemerintah dan organisasi internasional semakin ketat dalam menerapkan regulasi lingkungan (OECD, 2023), sehingga perusahaan yang lebih awal menerapkan strategi ini dapat menghindari denda atau sanksi. Dengan secara proaktif mematuhi peraturan lingkungan serta mendapatkan sertifikasi keberlanjutan, perusahaan juga dapat mengakses berbagai insentif dan peluang bisnis yang lebih luas.
Strategi Implementasi Green procurement
Implementasi green procurement membutuhkan pendekatan strategis yang terencana dan menyeluruh. Perusahaan perlu mempertimbangkan berbagai faktor yang mempengaruhi rantai pasok mereka dan mengintegrasikan prinsip keberlanjutan dalam setiap proses pengadaan. Berikut adalah beberapa strategi yang dapat diterapkan untuk memastikan keberhasilan pengadaan berkelanjutan.
- Audit Rantai Pasok: Langkah pertama dalam menerapkan green procurement adalah melakukan audit menyeluruh pada rantai pasok perusahaan. Audit ini bertujuan untuk mengidentifikasi pemasok yang memiliki praktik berkelanjutan dan memastikan bahwa mereka memenuhi standar lingkungan yang ditetapkan oleh perusahaan. Dalam proses ini, perusahaan dapat memilih mitra yang memiliki sertifikasi lingkungan seperti ISO 14001, yang menunjukkan komitmen terhadap pengelolaan lingkungan yang baik. Selain itu, perusahaan perlu mengevaluasi dampak lingkungan dari setiap tahap dalam rantai pasok, mulai dari pengadaan bahan baku hingga distribusi produk akhir, untuk mengoptimalkan proses secara keseluruhan.
- Penggunaan Teknologi Digital dalam Pengadaan: Digitalisasi dalam pengadaan membantu perusahaan untuk mengoptimalkan efisiensi rantai pasok dan mengurangi limbah produksi. Dengan memanfaatkan kecerdasan buatan dan analisis data, perusahaan dapat memprediksi permintaan pasar dengan lebih akurat, mengoptimalkan inventaris, dan mengurangi pemborosan. Teknologi seperti blockchain juga dapat digunakan untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam proses pengadaan (Deloitte, 2022), memastikan bahwa semua bahan yang diperoleh berasal dari sumber yang ramah lingkungan. Selain itu, sistem e-procurement yang terintegrasi memungkinkan perusahaan untuk mempercepat proses pengadaan dan meningkatkan kolaborasi dengan pemasok.
- Mendorong Circular Supply Chain: Circular supply chain adalah pendekatan yang menekankan pada penggunaan kembali dan daur ulang bahan baku dalam proses produksi (Ellen MacArthur Foundation, 2023). Dengan mengadopsi konsep ini, perusahaan dapat mengurangi limbah dan ketergantungan terhadap sumber daya baru, sekaligus menciptakan siklus hidup produk yang lebih berkelanjutan. Implementasi circular supply chain melibatkan pengumpulan produk bekas dari konsumen untuk didaur ulang, diperbaiki, atau digunakan kembali sebagai bahan baku dalam produksi baru. Dengan demikian, perusahaan tidak hanya mengurangi dampak lingkungan tetapi juga menciptakan nilai ekonomi dari limbah yang sebelumnya tidak termanfaatkan.
- Peningkatan Kesadaran dan Pelatihan: Untuk memastikan keberhasilan implementasi green procurement, perusahaan harus meningkatkan kesadaran dan memberikan pelatihan kepada karyawan serta mitra bisnis mengenai pentingnya praktik pengadaan yang berkelanjutan. Ini melibatkan penyelenggaraan workshop, seminar, dan program pelatihan yang mengedukasi pemangku kepentingan tentang manfaat ekonomi dan lingkungan dari green procurement. Selain itu, perusahaan dapat menetapkan kebijakan insentif bagi karyawan dan pemasok yang berkontribusi dalam pencapaian tujuan keberlanjutan, sehingga menciptakan budaya kerja yang mendukung penerapan praktik berkelanjutan secara menyeluruh.
Studi Kasus Implementasi Green Procurement & Dampaknya
Implementasi green procurement telah berhasil dilakukan oleh beberapa perusahaan besar di dunia, memberikan dampak positif yang signifikan baik dari segi ekonomi maupun lingkungan. Misalnya, Toyota Motor Corporation telah mengintegrasikan prinsip keberlanjutan dalam strategi pengadaannya dengan bekerja sama dengan pemasok untuk mengurangi jejak karbon, mengurangi limbah, dan menggunakan bahan baku yang lebih ramah lingkungan. Perusahaan ini juga menetapkan target ambisius untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dalam rantai pasok mereka (Husin Group, 2024).
Selain itu, beberapa perusahaan ritel besar telah menerapkan sistem e-procurement berbasis blockchain untuk meningkatkan transparansi dalam pengadaan dan memastikan bahwa bahan yang dibeli benar-benar berasal dari sumber yang ramah lingkungan. Teknologi blockchain memungkinkan perusahaan untuk melacak asal-usul bahan baku secara akurat dan mengurangi risiko greenwashing. Implementasi ini juga membantu perusahaan dalam mematuhi regulasi lingkungan yang semakin ketat dan meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap merek mereka (Sekolah Pengadaan, 2023).
Studi kasus ini menunjukkan bahwa implementasi green procurement tidak hanya membantu perusahaan dalam mencapai tujuan keberlanjutan, tetapi juga menciptakan nilai tambah yang signifikan dari segi operasional dan citra merek. Dengan belajar dari kesuksesan perusahaan-perusahaan ini, organisasi lain dapat mengadopsi strategi yang serupa untuk meraih manfaat jangka panjang yang lebih besar.
Selain itu, beberapa perusahaan ritel besar telah menerapkan sistem e-procurement berbasis blockchain untuk meningkatkan transparansi dalam pengadaan dan memastikan bahan yang dibeli benar-benar berasal dari sumber yang ramah lingkungan.
Tantangan dan Solusi dalam Green Procurement
Meskipun pengadaan berkelanjutan menawarkan berbagai manfaat jangka panjang, penerapannya tidak selalu mudah. Ada beberapa tantangan utama yang sering dihadapi oleh perusahaan dalam menerapkan green procurement. Namun, setiap tantangan ini juga memiliki solusi yang dapat membantu perusahaan mengatasi hambatan dan mencapai tujuan keberlanjutan mereka.
Salah satu tantangan terbesar adalah biaya awal yang lebih tinggi. Banyak produk ramah lingkungan atau bahan baku yang bersertifikat eco-label memiliki harga yang lebih mahal dibandingkan dengan produk konvensional. Selain itu, investasi dalam teknologi berkelanjutan dan pelatihan karyawan juga memerlukan biaya yang tidak sedikit. Untuk mengatasi hal ini, perusahaan dapat menjalin kemitraan strategis dengan pemasok yang menawarkan harga kompetitif atau bekerja sama dengan pemasok lokal untuk mengurangi biaya logistik. Selain itu, dalam jangka panjang, pengadaan berkelanjutan dapat mengurangi biaya operasional melalui efisiensi energi dan pengurangan limbah.
Tantangan yang lain adalah kekurangan kesadaran di kalangan pemasok mengenai pentingnya praktik berkelanjutan. Banyak pemasok, terutama dari negara berkembang, mungkin belum memahami manfaat ekonomi dan lingkungan dari pengadaan hijau. Untuk mengatasi hal ini, perusahaan dapat memberikan edukasi dan menyediakan insentif bagi pemasok yang menerapkan praktik ramah lingkungan. Misalnya, memberikan prioritas kepada pemasok yang memiliki sertifikasi lingkungan atau menawarkan kontrak jangka panjang bagi mereka yang berkomitmen terhadap keberlanjutan.
Selain itu, keterbatasan regulasi yang mengakomodasi perubahan menuju green procurement juga menjadi kendala. Di beberapa negara, regulasi lingkungan belum cukup mendukung penerapan pengadaan berkelanjutan secara menyeluruh. Solusi untuk masalah ini adalah dengan berpartisipasi aktif dalam diskusi kebijakan dan mendukung inisiatif keberlanjutan yang diusung pemerintah atau organisasi non-pemerintah. Perusahaan juga dapat bekerja sama dengan asosiasi industri untuk mendorong penerapan standar keberlanjutan yang lebih ketat dalam rantai pasok.
Dengan memahami tantangan dan menerapkan solusi yang tepat, perusahaan dapat lebih siap dalam mengadopsi green procurement dan memperoleh manfaat jangka panjang dari strategi pengadaan yang berkelanjutan.
Kesimpulan
Pengadaan berkelanjutan merupakan langkah penting bagi perusahaan yang ingin mengurangi jejak karbon dalam rantai pasok mereka. Dengan strategi yang tepat, perusahaan tidak hanya dapat meningkatkan efisiensi biaya dan kepatuhan terhadap regulasi, tetapi juga menciptakan nilai jangka panjang bagi bisnis dan lingkungan. Implementasi green procurement bukan hanya tren, tetapi juga kebutuhan untuk keberlanjutan industri di masa depan.
Referensi
- Deloitte. (2022). Blockchain in Supply Chain: Enhancing Transparency and Accountability. Retrieved from https://www2.deloitte.com
- Ellen MacArthur Foundation. (2023). Circular Economy in Practice: Transforming Supply Chains. Retrieved from https://ellenmacarthurfoundation.org
- McKinsey & Company. (2022). The Business Case for Green procurement. Retrieved from https://www.mckinsey.com
- OECD. (2023). Environmental Regulations and Green procurement: Global Perspectives. Retrieved from https://www.oecd.org
- UNEP. (2020). Green procurement: A Path to Sustainable Supply Chains. Retrieved from https://www.unep.org
- World Economic Forum. (2021). The Future of Green procurement: Trends and Challenges. Retrieved from https://www.weforum.org
- Husin Group. (2024). Studi Kasus Nyata Manajemen Pengadaan (Procurement) di Toyota Motor Corporation. Retrieved from https://www.husingroup.com/news/studi-kasus-nyata-manajemen-pengadaan-procurement-di-toyota-motor-corporation
- Sekolah Pengadaan. (2023, September 28). Peluang teknologi blockchain dalam pengadaan terkait keamanan dan transparansi. Sekolah Pengadaan. https://www.sekolahpengadaan.id/peluang-teknologi-blockchain-dalam-pengadaan-terkait-keamanan-dan-transparansi/
*****
*Isi artikel merupakan pemikiran penulis dan tidak selalu mencerminkan pemikiran atau pandangan resmi Supply Chain Indonesia.
Download artikel ini:
SCI - Artikel Pengadaan Berkelanjutan: Strategi Mengurangi Jejak Karbon dalam Supply Chain (206.5 KiB, 11 hits)
You must be logged in to post a comment.