Jakarta – Ekspor dalam bentuk jasa perlu diprioritaskan pengembangannya untuk menurunkan defisit neraca perdagangan Indonesia saat ini. Selama periode Januari-Juni 2018, Indonesia mengalami defisit neraca perdagangan sebesar US$ 1,03 miliar, karena tingginya impor, ditambah struktur ekspor yang lebih banyak barang daripada jasa.
“Ekspor jasa bisa diandalkan untuk menghasilkan devisa lebih besar dan membantu memperbaiki kesehatan neraca perdagangan Indonesia yang terus defisit,” kata Ketua Departemen Ekonomi CSIS Yose Rizal Damuri di Jakarta, Senin (16/7).
Yose Rizal menuturkan, sektor jasa yang harus ditingkatkan kinerja ekspornya adalah jasa transportasi, tenaga kerja, dan tenaga ahli. “Transportasi sudah menjadi kebutuhan karena sangat berkaitan dengan logistik. Transportasi Indonesia juga sudah bisa bersaing dan bernilai tambah tinggal, tinggal bagaimana meningkatkan aplikasi teknologinya saja,” papar dia.
Sementara itu, untuk tenaga kerja, Yose Rizal melihat, Indonesia sudah banyak mengirimkan tenaga kerja di luar negeri dan masih diminati sampai sekarang. “Kunci agar tenaga kerja semakin dicintai adalah dengan meningkatkan kualitas SDM-nya melalui pelatihan-pelatihan intensif,” kata dia.
Adapun untuk tenaga ahli, menurut dia, Indonesia sudah mempunyai keahlian di bidang tertentu dan bisa menjadi andalan di pasar ekspor dunia.
Sumber dan berita selengkapnya:
Salam,
Divisi Informasi