Oleh: Stefanus Syauta
Purchasing Section Head
PT Infokom Elektrindo (MNC Group)
Di era Industry 4.0, istilah Artificial Intelligence (AI) semakin populer. Istilah artificial intelligence pertama kali diperkenalkan pada tahun 1956 di Dartmouth Conference. Setelah itu, berbagai pusat penelitian muncul di seluruh Amerika Serikat untuk menyelidiki AI. Pada masa itu para ilmuwan komputer menemukan bahwa tugas menciptakan mesin cerdas lebih sulit dari yang mereka bayangkan. Mengingat jumlah data yang diperlukan untuk membuat aplikasi seperti yang dianggap remeh, ternyata membutuhkan ruang fisik yang sangat besar dan komputer tidak cukup canggih untuk memproses data dalam jumlah besar.
Hal ini mengakibatkan peneliti dan perusahaan kehilangan kepercayaan pada AI dari pertengahan 1970-an hingga pertengahan 1990-an. Pada tahun 1997, IBM berhasil menciptakan Deep Blue, yaitu sebuah komputer permainan catur yang berhasil mengalahkan juara dunia catur. Deep Blue menjadi komputer pertama yang mengalahkan juara dunia bertahan. Sejak saat itu penelitian dan pengembangan ditekankan pada peningkatan perangkat keras komputer.
Perusahaan terbesar dunia, seperti Amazon, Google, dan Baidu sekarang sangat bergantung pada AI untuk menjalankan proses kompleks perusahaan mereka. Selain itu, AI juga telah berinvasi ke rumah-rumah yang sama baiknya dengan di kantor. Dengan asisten rumah bertenaga AI seperti Alexa dapat melakukan segalanya mulai dari streaming musik hingga mengontrol rumah pintar. Saat ini, organisasi procurement yang paling canggih juga mulai memanfaatkan artificial intelligence untuk meningkatkan efisiensi operasional dan membantu pengambilan keputusan.
Pada tahun 2019, CEO IBM, Ginni Rometty, mengatakan bahwa ia berharap AI akan mengubah 100 persen pekerjaan dalam lima hingga sepuluh tahun ke depan. Apakah yang dimaksud dengan AI itu sendiri atau yang dikenal dalam Bahasa Indonesia dengan kecerdasan buatan. AI adalah cabang ilmu komputer yang juga berfungsi sebagai istilah umum untuk teknologi yang memungkinkan mesin untuk menunjukkan perilaku mirip manusia. AI terkait dengan membuat mesin atau perangkat lunak yang meniru perilaku dan kecerdasan manusia, serta pada akhirnya menggantikan atau menambah pekerjaan manusia.
AI mencakup machine learning, deep learning, dan natural language processing. Machine learning adalah algoritma yang mendeteksi pola dan secara otomatis meningkat melalui pengalaman. Deep learning adalah metode machine learning dimana jaringan saraf tiruan (artificial neural networks) tingkat lanjut secara bertahap meningkatkan kemampuannya untuk melakukan tugas. Natural language processing adalah algoritma yang dapat menginterpretasikan, mentransformasikan, dan menghasilkan bahasa manusia. AI menjadi fondasi operasional bisnis yang baru dan telah mengubah sifat dasar perusahaan, mulai dari bagaimana mereka beroperasi dan bagaimana mereka bersaing.
AI memiliki dua kemampuan unik yaitu otomatisasi dan kecerdasan, yang dikaitkan dengan mesin fisik atau perangkat lunak yang menggantikan pekerjaan manual melalui proses otomatis atau meningkatkan pekerjaan manusia melalui keputusan cerdas. Beberapa keuntungan dari AI bagi bisnis adalah sebagai berikut:
- Meminimalkan pekerjaan manual
- Meningkatkan efisiensi
- Meningkatkan perkiraan dalam memberikan prediksi yang lebih baik
- Waktu respons lebih cepat
- Meningkatkan akurasi
- Meningkatkan gaya hidup
- Menurunkan biaya.
Setelah memahami penjelasan singkat mengenai AI di atas dan manfaatnya bagi bisnis, selanjutnya bagaimana ketika AI berjumpa dengan procurement? Meski aplikasi AI sudah banyak beredar di pasaran, namun masih banyak organisasi procurement belum menggunakan AI. Faktanya, berdasarkan studi Deloitte, hanya 45% CPO (Chief Procurement Officer) yang menggunakan atau mengujicobakan AI dalam fungsi procurement organisasi mereka. Bagi yang menggunakan AI, mereka menggunakan procurement software yang sudah dirancang untuk tujuan tersebut atau memiliki sistem machine learning internal.
Berikut ini tedapat tujuh area umum dimana AI dapat digunakan di seluruh siklus procurement:
- Supplier Risk Management. AI dapat digunakan untuk memantau dan mengidentifikasi potensi posisi risiko di seluruh rantai pasokan. Misalnya, aplikasi bernama Risk Methods mengidentifikasi peristiwa risiko rantai pasokan baru dan yang muncul dengan menangani data yang dikumpulkan dari berbagai sumber, membantu mengidentifikasi risiko yang muncul lebih cepat.
- Purchasing Software. AI dapat digunakan untuk meninjau dan menyetujui purchase order (PO) secara otomatis. Misalnya, memungkinkan karyawan memesan perlengkapan kantor tanpa permintaan persetujuan, membuat proses lebih ramping, dan lebih efisien. Sebagai contoh, dalam platform Tradeshift, chatbot bernama Ada dapat digunakan untuk memeriksa status pembelian atau secara otomatis menyetujui pembayaran kartu virtual, terlepas dari lokasi pengguna.
- Accounts Payable Automation. Machine learning (ML) semakin banyak digunakan dalam accounts payable automation. ML membantu mengidentifikasi kesalahan dan potensi penipuan dalam pembayaran otomatis dalam jumlah besar. Contohnya adalah Stampli, yang memanfaatkan ML untuk mempercepat alur kerja pembayaran dan mengotomatiskan deteksi penipuan.
- Spend Analysis. Di Sievo, algoritma machine learning banyak digunakan dalam spend analysis untuk meningkatkan dan mempercepat sejumlah proses, termasuk klasifikasi pengeluaran otomatis dan pencocokan vendor.
- Supplier Information Management. Teknik big data memungkinkan cara baru untuk mengidentifikasi, mengelola, dan memanfaatkan data pemasok di seluruh database publik dan pribadi. Tealbook adalah salah satu platform yang menerapkan machine learning ke data pemasok dalam hal untuk membuat dan memelihara data pemasok yang akurat di semua sistem dan area bisnis.
- Strategic Sourcing. AI juga dapat digunakan untuk mengelola, memandu, dan mengotomatiskan proses sourcing. Keelvar’s sourcing automation software menggunakan machine learning untuk pengecekan penawaran harga dan menspesifikasikan kategori sourcing tertentu seperti bahan mentah, pemeliharaan, dan perbaikan.
- Contract Management. AI memiliki banyak kasus penggunaan berpotensi dalam manajemen kontrak. Seal Software menggunakan optical character recognition (OCR) dan analitik teks tingkat lanjut untuk merapikan dan mengkonsolidasikan informasi yang terkandung dalam kontrak.
Melalui beberapa aplikasi yang telah disebutkan di atas maka dapat diketahui peran AI sudah cukup berpengaruh bagi organisasi procurement. Para pekerja profesional bidang procurement dalam menjalankan perannya dapat lebih berfokus kepada hal-hal yang strategis dan perlahan-lahan meninggalkan pekerjaan yang terlalu bersifat administratif.
Dengan kehadiran AI, organisasi procurement dapat meminimalkan setiap pekerjaan manual yang sudah ada selama ini, mengidentifikasi peluang-peluang untuk melakukan penghematan dalam pengeluaran belanja, dan dapat memaksimalkan pencarian vendor yang lebih akurat.
Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa belum banyak organisasi procurement yang mengimplementasikan AI dalam proses bisnis mereka. Tentu penerapan AI masih harus terus dikaji dan dievaluasi agar sebuah organisasi tidak salah dalam melakukan investasi untuk penerapan AI. Namun, segala sesuatunya tidak bisa diketahui jika sebuah organisasi procurement belum memulainya. Mulailah jadi pionir di perusahaan Anda.
5 Oktober 2020
Referensi:
- Cui, Ruomeng and Li, Meng and Zhang, Shichen, AI and Procurement (April 7, 2020). Diakses di SSRN: https://ssrn.com/abstract=3570967 atau http://dx.doi.org/10.2139/ssrn.3570967
- Sammalkorpi, S. and Teppala, J.P., 2019. AI in Procurement. Tallinn: Printon AS
*Isi artikel merupakan pemikiran penulis dan tidak selalu mencerminkan pemikiran atau pandangan resmi Supply Chain Indonesia.
Download artikel ini:
SCI - Artikel - Perjumpaan AI dengan Procurement (856.6 KiB, 223 hits)