JAKARTA, KOMPAS-Pengelolaan jembatan timbang harus dibenahi dengan revolusi mental oleh semua pihak. Pungutan liar di jembatan timbang sudah sangat parah. Bahkan, fungsi utama jembatan timbang juga sudah melenceng karena dijadikan sumber pendapatan asli daerah.
Pemberantasan pungutan liar (pungli) di jembatan timbang harus didukung semua pihak yang terkait, tidak saja dinas perhubungan, Kementerian Perhubungan, pemilik dan sopir truk, serta pemilik barang. Persoalan jembatan timbang tidak hanya terkait pada kelebihan muatan, tetapi juga terkait dengan infrastruktur di jalan, posisi sentra-sentra industri dan ekonomi, industri otomotif, teknologi informasi, dan juga pendapatan asli daerah (PAD).
Demikian benang merah diskusi Forum Perhubungan yang diselenggarakan Kementerian Perhubungan dan harian Kompas, di Jakarta, Selasa (25/10). Diskusi tersebut mengambil tema “Memberantas Pungutan Liar Jembatan Timbang”.
Ganjar Pranowo mengatakan , pungli di jembatan timbang merupakan cermin kerusakan moral dan perilaku busuk pengelolanya. Hal ini dimanfaatkan pemilik barang dan sopir truk untuk membawa barang melebihi tonase yang ditentukan.
Ketika Jawa Tengah melakukan pembersihan pungli jembatan timbang, terbukti jumlah tilang meningkat. Jika pada 2013 truk yang ditilang berjumlah 80.000 truk, pada 2014 truk yang ditilang mencapai 120.000 truk.
Sumber dan berita selengkapnya:
Kompas, edisi cetak Rabu, 26 Oktober 2016.
Salam,
Divisi Informasi