REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — PT Amartha Mikro Fintek (Amartha) melakukan riset terhadap 240 mitra Amartha untuk mengetahui sejauh apa dampak resesi global terhadap kelangsungan usaha UMKM. Riset ini menemukan, 56,3 persen mitra UMKM melakukan penghematan dalam membelanjakan uang karena adanya kenaikan harga bahan pokok.
Namun, mereka tetap berhasil meningkatkan pendapatan usahanya dan percaya bahwa kondisi ekonomi ini akan membaik dalam kurun waktu enam bulan ke depan. Berdasarkan laporan Sustainability Report 2021, mitra Amartha berhasil meningkatkan pendapatan sebesar 37,5 persen, jauh lebih besar dibanding angka inflasi tahun 2022 yang berkisar di angka lima persen.
Dengan peningkatan pendapatan tersebut, mitra UMKM Amartha memiliki resiliensi yang cukup kuat dalam menghadapi tantangan ekonomi.
Chief Risk and Sustainability Officer Amartha, Aria Widyanto menyampaikan tujuan Amartha melakukan riset dampak resesi global terhadap UMKM akar rumput ini adalah untuk mengetahui sejauh apa kondisi ekonomi makro mempengaruhi ketahanan UMKM. “Ini sangat penting, agar Amartha dapat mengambil langkah yang strategis dalam mendampingi dan mendukung pertumbuhan usaha mitra sehingga tercipta UMKM yang lebih tangguh,” katanya.
Riset yang bertajuk ‘Impact of the Global Recession to the Grassroots Economy’ tersebut, dilakukan di tiga wilayah operasional Amartha yakni di pulau Sumatera, Jawa, dan Sulawesi. Metode riset menggunakan kuesioner yang fokus pada pengukuran perilaku dalam membelanjakan uang, kapabilitas untuk membayar angsuran, dan tingkat kepercayaan diri untuk terus berusaha.
Sumber dan berita selengkapnya:
https://www.republika.co.id/berita/rn4knl423/riset-amartha-umkm-indonesia-siap-hadapi-gejolak-ekonomi-makro
Salam,
Divisi Informasi