Oleh: Dr. Akhmad Yunani, S.E., M.T. | Senior Consultant at Supply Chain Indonesia
Memilih moda transportasi merupakan salah satu keputusan kritis dalam manajemen logistik. Ada dua pertanyaan yang harus terpecahkan dalam pemilihan moda tersebut; harga (biaya) dan waktu transit.
Ada beragam moda transportasi yang bisa dipilih oleh shipper. Bagaimana kereta api masuk dalam preferensi mereka dalam memilih moda? Apa kelebihan dan kelemahan logistik berbasis kereta api?
transportasi merupakan salah satu aktivitas utama dalam sistem logistik. Untuk industri tertentu, biaya transportasi bahkan merupakan biaya yang proporsinya paling besar dari biaya logistik secara keseluruhan. Ditinjau dari sisi pemilik moda (transporter), biaya transportasi mencakup seluruh biaya yang dikeluarkan untuk mengelola terminal dan armada transportasi yang dioperasikan. Sedangkan dari sisi shipper (bisa pemilik barang atau broker), biaya (harga) transportasi berupa tarif yang dikenakan oleh transporter kepada mereka atas barang yang dipindahkan. Ada lima moda transportasi dasar yang sering digunakan untuk memindahkan barang; kapal, kereta api, truk, pesawat udara, dan pipa. Dalam prakteknya, untuk pemindahan barang dari titik asal ke titik tujuan (door-to-door), penggunaan kombinasi moda transportasi (atau sering disebut intermodal) sering dilakukan.
Kereta api sebagai salah satu pilihan
Kereta api (KA) diyakini sebagai moda transportasi yang murah, khususnya untuk pergerakan barang jarak jauh. Moda ini sesuai untuk komoditas bahan mentah dengan volume muat yang besar atau produk akhir yang nilai per unitnya rendah, dan tidak sensitif waktu.
Kereta api sebagai pilihan moda lebih banyak ditinjau dari sisi shipper. Sebagaimana disebutkan diatas, ada dua pertimbangan utama untuk memilih moda transportasi; harga dan waktu transit. Biaya transportasi merupakan biaya total yang harus dikeluarkan oleh shipper untuk memindahkan barangnya dari gudang asal sampai ke gudang tujuan akhir. Untuk pengiriman komoditas yang nilai per unitnya rendah dan dalam volume besar, kereta api menjadi pilihan karena kapasitas angkutnya yang sangat besar. Sebuah gerbong datar atau gerbong barang dapat berkapasitas dua kali lipat kapasitas truk.
Disamping itu, untuk angkutan hi-volume, kelebihan lainnya antara lain waktu tempuh yang lebih pasti (saat ini volume angkutan jalan raya sudah sangat padat dan kondisi infrastruktur jalan juga buruk sehingga waktu tempuh moda jalan darat menjadi sulit diprediksi), lebih aman, tanpa pungutan lain-lain, mengurangi polusi (diperkirakan emisi gas buangan mencapai 1/8 sampai 1/10 dari angkutan dengan truk), penghematan BBM (diperkirakan bisa mencapai 1 juta liter atau setara 3000 ton CO2 per tahun), dan tentu saja mengurangi kepadatan dan kemacetan jalan raya.
Kekurangan Moda KA
Kelemahan angkutan jalan raya menimbulkan lonjakan permintaan angkutan KA. Namun kenaikan ini tentu saja tidak bisa seluruhnya dipenuhi sehingga pada akhirnya juga berdampak pada kualitas pelayanan KA. Disain infrastruktur KA (stasiun, gudang, CY, dan juga rel) besifat fixed dan pada umumnya dedicated untuk komoditas tertentu sehingga tidak mudah untuk digunakan multi komoditas. Gudang untuk semen tidak mungkin digunakan secara bersama dengan consumer goods. Stockpile untuk batu bara juga hanya digunakan untuk batu bara. Jalur rel tidak bisa dirubah.
Disamping itu, KA kurang fleksibel karena hanya mampu mengangkut dari stasiun ke stasiun. Angkutan dengan KA masih harus melibatkan moda lain, terutama truk, sebagai feeder untuk pick-up dari gudang shipper maupun forwarder untuk delivery ke gudang receiver. Kegiatan cross-docking antar moda tersebut juga bertambah, dan pada akhirnya dapat menimbulkan biaya yang meningkatkan biaya transportasi secara keseluruhan.
Dari sisi pengelola moda, biaya investasi untuk mengoperasikan KA juga sangat besar. Biaya ini mencakup biaya investasi (pengadaan alat operasi dan pemeliharaan sarana prasarana baik moda maupun pendukungnya) dan biaya operasi. Untuk itu, skala ekonomis sangat menentukan kelayakan pengoperasian moda KA.
Bagaimana idealnya?
Angkutan KA tetap harus didukung oleh moda lain secara terintegrasi karena aktivitas logistik tidak hanya di stasiun. Kondisi saat ini, aktivitas logistik untuk mendukung backbone KA (picking, dooring, lo/lo, warehousing, dsb) masih dilakukan secara parsial sehingga secara total biaya logistik berbasis KA juga masih belum efisien. Sistem logistik terpadu berbasis KA sebagai backbone transportasi, dimana warehouse dibangun dekat rel/stasiun KA, lengkap dengan CY dan moda pemadunya, dan juga dry port untuk kemudahan ekspor/impor, merupakan konsep ideal untuk mendukung terwujudnya logistik yang efisien.
Peluang bisnis terkait KA
Banyak peluang bisnis logistik bisa dimanfaatkan dari transportasi berbasis KA. Pengoperasian moda pemadu (picking, dooring, forwarding) yang investasinya bisa lebih kecil daripada pembelian truk antar kota yang dilayani KA, pengelolaan CY dan warehouse, atau bahkan pelayanan terpadu logistik berbasis KA.
Jadi ternyata, antara truk dengan KA pada akhirnya memang tidak bisa dipersaingkan untuk merealisasikan efisiensi logistik. Keduanya saling melengkapi. Kehadiran double tracki KA bukan sepenuhnya ancaman bagi truk. Banyak peluang tercipta dari logistik berbasis KA.
Download Artikel ini: