Oleh: Nova Indah Saragih
Dosen Program Studi Teknik Industri
Universitas Widyatama
Belanda adalah salah satu negara yang telah menerapkan sistem logistik bawah tanah (underground logistics systems atau ULS). Sistem logistik bawah tanah di Belanda pada awalnya disebut sebagai transportasi barang bawah tanah yang berkaitan dengan transportasi otomatis untuk kargo umum dengan kendaraan yang bergerak melalui jaringan terowongan bawah tanah. Sistem logistik bawah tanah di Belanda dapat dilihat pada Gambar 1.
Sejarah sistem logistik bawah tanah di Belanda dimulai pada tahun 1970-an. Ide awalnya adalah mengembangkan sistem transportasi kecepatan tinggi di bawah tanah di Belanda. Pada tahun 1987, yayasan Dukungan dan Pengembangan Sistem Internasional (International Systems Development and Support atauISDS) mengembangkan konsep Integral Transport System (ITS), yaitu sebuah sistem transportasi yang terdiri dari jaringan kecepatan tinggi jarak jauh di bawah tanah (lebih dari 200 kilometer) untuk penumpang dan barang, dikombinasikan dengan jaringan pengumpulan dan distribusi jarak pendek lokal (hanya untuk barang). Antara tahun 1987 dan 1993, beberapa proyek yang dibiayai oleh National Transport Department, mempelajari konsep ini secara lebih rinci.
Pada tahun 1990-an, sebuah proyek penelitian dilakukan di Belanda yang berfokus pada angkutan barang bawah tanah untuk bandara Schiphol. Judul proyek ini adalah ‘Ondergronds Logistiek Systeem‘ (Underground Logistic System atau ULS). Beberapa aspek dari konsep inovatif diteliti secara rinci dan direncanakan untuk memiliki sistem operasional pada tahun 2005.
Sistem logistik bawah tanah dapat memiliki fungsi penting sebagai alternatif untuk transportasi jalan, misalnya dalam pengembangan gabungan transportasi barang antar moda dengan navigasi kereta api atau darat dan dalam transportasi angkutan kota. Berikut adalah sejumlah penerapan dari sistem logistik bawah tanah (Visser dan van Binsbergen, 2000 dalam Wiegmans dkk., 2010):
- Di wilayah perkotaan untuk menyuplai kantor pos, perdagangan ritel, perusahaan katering, kantor, dan konsumen. Penerapan ini terkait dengan pengangkutan unit muat dengan ukuran palet. Kelayakan penerapan ini diteliti di kota-kota Belanda (Utrecht, Leiden dan Tilburg), di Jepang (Tokyo), dan di Inggris (London).
- Di dalam atau di antara kompleks industri, pusat logistik, dan terminal multimoda, seperti kompleks bandara dan pelabuhan. Penerapan ini menyangkut pengangkutan unit muatan seperti palet, kontainer maritim dan palet pesawat. Sistem logistik bawah tanah Schiphol di Belanda adalah salah satu contoh penerapannya.
- Pengumpulan atau pengangkutan produk pertanian, bijih, dan limbah padat jarak jauh. Untuk tujuan ini, pipa-pipa kapsul telah dikembangkan dan diterapkan di Jepang, Amerika Serikat, dan Rusia.
- Transportasi darat atau lintas negara dari kontainer laut. Studi telah dilakukan di Amerika Serikat, tetapi tidak ada yang diterapkan.
Sistem logistik bawah tanah di Belanda dikembangkan untuk dua penerapan dasar pertama yang telah disebutkan, tetapi dimungkinkan untuk penerapan campuran. Penerapan kedua yaitu koneksi kompleks industri dan logistik ke terminal multimoda, dimaksudkan untuk meningkatkan transportasi jarak jauh dengan kereta api atau dengan navigasi darat. Banyak dari kompleks ini tidak memiliki koneksi navigasi langsung atau darat, serta koneksi langsung seringkali tidak memungkinkan. Pembuatan sistem logistik bawah tanah antara kompleks ini dan terminal navigasi rel atau darat, maka koneksi yang efisien, cepat, dan relatif murah dapat disediakan sehingga transportasi dengan navigasi rel atau darat menjadi pilihan yang realistis.
Konsep dari sistem logistik bawah tanah adalah menggabungkan keuntungan dari mengambil pergerakan lalu lintas di bawah tanah dan menerapkan tenaga listrik, dengan keuntungan ekonomi dari transportasi otomatis tanpa hambatan melalui infrastruktur khusus yang terpisah dari lalu lintas penumpang. Keuntungan ekonomi ditemukan pada hampir semua pengiriman langsung di daerah Schiphol (tidak perlu lagi perjalanan bolak-balik dengan kargo campuran), layanan 24 jam, ongkos variabel dan eksploitasi yang relatif rendah, dan waktu penyelesaian yang singkat.
Keuntungan lainnya adalah beban lingkungan (lokal) yang lebih rendah, yang menghasilkan pengurangan kebisingan, polusi visual, dan emisi, pengurangan masalah kemacetan, pengurangan penggunaan energi, dan pengurangan emisi CO2 yang terkait, penggunaan ruang yang tersedia secara lebih intensif, dan peningkatan keamanan lalu lintas. Pada sisi lain, infrastruktur bawah tanah yang benar-benar baru harus disediakan. Hal ini membutuhkan investasi tinggi, waktu realisasi yang lama, dan banyak penyesuaian dengan pemangku kepentingan (lokal). Namun, keseimbangan antara keuntungan dan kekurangan tidak cukup menentukan. Karena itu timbul pertanyaan: hambatan (barrier) dan pemungkin (enabler) mana yang memengaruhi keputusan penerapan sistem logistik bawah tanah?
Mengambil studi kasus di Schipol, Belanda, hambatan utamanya adalah ongkos. Pemungkin penting bagi sistem logistik bawah tanah Schiphol adalah keandalan dan kecepatan. Meskipun ongkos variabel dianggap relatif rendah dibandingkan dengan moda transportasi yang ada, ongkos investasinya tinggi. Total ongkos segera menempatkan sistem logistik bawah tanah pada posisi yang kurang menguntungkan dibandingkan dengan truk. Keandalan sistem logistik bawah tanah Schiphol adalah pemungkin yang jelas. Sistem ini sangat dapat diandalkan, meskipun terdapat persyaratan bagi pelanggan yaitu kegagalan yang diproyeksikan terjadi setiap minggu sekali. Pengetahuan tentang hambatan apa yang harus diatasi dan memanfaatkan pemungkin dari sistem logistik bawah tanah adalah aset utama agar pengembangan dan implementasi sistem logistik bawah tanah dapat berhasil di masa depan (Wiegmans dkk., 2010).
22 April 2020
Referensi:
Wiegmans, B.W., Visser, J., Konings, R., dan Pielage, B.A. (2010): Review of Underground Logistic Systems in The Netherlands: An Ex-Post Evaluation of Barriers, Enablers and Spin-offs, European Transport, 45, 34-49.
*Isi artikel merupakan pemikiran penulis dan tidak selalu mencerminkan pemikiran atau pandangan resmi Supply Chain Indonesia.
Download artikel ini:
SCI - Artikel Sistem Logistik Bawah Tanah (Bagian 2 dari 2 tulisan) (757.3 KiB, 138 hits)