Oleh: Brigjen. Pol. Dr. Chryshnanda Dwilaksana, M.Si.
Direktur Keamanan dan Keselamatan | Korlantas Polri
Para stakeholder di bidang lalu lintas angkutan jalan merupakan bagian dari administrasi negara. Pola dua kerjanya dapat mengacu dari sistem administrasi. Inti administrasi adalah manajemen, inti manajemen adalah kepemimpinan, inti kepemimpinan adalah pengambilan keputusan, inti pengambilan keputusan adalah human relation.
Lalu lintas merupakan urat nadi kehidupan. Tatkala urat nadi ini tersumbat akibat perlambatan yang tidak ditangani dengan cepat dan tepat berdampak kontra produktif dan menurunnya kualitas hidup masyarakat.
Di era digital ini konsep kota-kota modern dalam menangani masalah lalu lintas adalah mengacu pada smart city yaitu pelayanan serba prima di mana pelayanan-pelayanan publik yang cepat, tepat, akurat, transparan, akuntabel, informatif, dan mudah diakses. Hal itu menjadi standar bagi pelayanan di bidang lalu lintas dalam mengatasi kemacetan.
Penyebab kemacetan memang kompleks, namun seringkali hanya dilihat dari sisi faktualnya saja. Belum lagi penanganannya masih parsial konvensional dan manual. Sistem data tersebut mencakup:
- Urban movement management ini belum terlihat
- Tingkat kepadatan arus lalu lintas tol arteri dan jalur-jalur sekitarnya
- Lokasi-lokasi yang menjadi trouble spot harus dipetakan.
Dibedakan:
- Faktor pembangunan yang berdampak berkurangnya kapasitas jalan
- Lokasi-lokasi bottle neck
- Lokasi-lokasi gerbang tol
- Situasi kondisi arteri yang menjadi bagian penyebab terjadinya kemacetan
- Area parkir atau rest area yang dapat mempengaruhi kemacetan
- Perilaku pengemudi saat berkendara
- Kecepatan kendaraan bermotor terutama angkutan berat yang belum memenuhi standar minimal
- Sistem perambuan atau tanda-tanda lalu lintas yang kurang, sudah rusak, atau tidak tepat penempatannya, dan sebagainya.
Penanganan kemacetan polanya dapat mengacu dari sistem administrasi sebagai berikut:
- Membahas administrasi berarti membahas:
a. Kepemimpinan yang ditunjukkan adanya kebijakan-kebijakan yang transformatif, visioner, proaktif, problem solving, dan mampu memperbaiki kesalahan masa lalu siap di masa kini dan mampu menyiapkan masa depan yang lebih baik
b. Sumber daya manusia dari mulai kompetensinya, sistem penempatannya atau penggunaannya, sistem standar keberhasilannya, sistem Komando Pengendalian, Komunikasi, Koordinasi, dan Informasi (K3I), sistem reward, dan punishment-nya
c. Sarana prasarana yang digunakan untuk perorangan, unit, maupun kesatuan
d. Anggarannya. - Manajemen mencakup pokok-pokok manajerial yang dijabarkan dalam: planning, organizing, actuating, dan
- Kepemimpinan di sini dijabarkan sesuai dengan struktur organisasi dan bagaimana sistem-sistem K3I dan pengambilan keputusan secara operasional yang dapat ditunjukkan dalam quick response time-nya.
- Keputusan-keputusan lapangan ini dijabarkan melalui sistem-sistem K3I yang jelas apabila ada masalah secara cepat fungsi-fungsi petugas mengetahui apa dan siapa serta berbuat apa ini bisa terintegrasi dalam sistem-sistem K3I.
- Poin 1 sampai 4 merupakan sistem-sistem yang saling terkait intinya ada pada sistem K3I yang terintegrasi dalam back office agar implementasinya bisa berjalan sebagaimana semestinya.
Semua hal di atas merupakan sistem yang didukung dengan big data. Di era digital berbagai kehidupan sosial saling terhubung secara elektronik. Produksi barang sebagian besar dikerjakan dengan mesin atau sistem-sistem robotik. Sistem bisnis dan jual-beli dalam pasar yang dikelola secara online. Sistem perbankan dan pengelolaan keuangan secara elektronik. Sistem pengoperasionalan angkutan umum melalui sistem uber, grab, dan sistem-sistem online.
Sistem kesehatan berupa pendeteksian, pengobatan, sampai dengan operasi dan transplantasi dilakukan dengan sistem laser, kamera-kamera tiga dimensi untuk pemantauan, dan proses-proses penyembuhannya. Sistem-sistem informasi dan komunikasi yang semakin canggih membuat dunia tanpa batas ruang dan waktu. Sistem-sistem pengawasan, pengendalian, dan penegakan hukum pun bisa melalui sistem-sistem sensor atau melalui kamera-kamera pengawas.
Para petugas cyber cops dituntut untuk bekerja cerdas dan mampu memberi solusi-solusi prima. Sistem-sistem aplikasi yang terhubung dapat diaplikasikan dan diberdayakan untuk adanya pelayanan-pelayanan prima kepolisian. Sistem peta digital, sistem dua data dari manusia, kendaraan bermotor, jalan, situasi alam, dan kondisi sosial kemasyarakatan saling terkoneksi akan adanya sistem pantau, informasi komunikasi, serta komando dan pengendalian (kodal) yang terpadu. Sistem-sistem yang ada pada aplikasi-aplikasi akan mampu beroperasi dengan baik dan benar tatkala didukung sistem pendataan yang komprehensif, holistik, atau sistematik.
Data yang terintegrasi akan mampu menembus sekat ruang waktu dan permasalahan. Solusi-solusi tepat dapat dilihat dari berbagai keterkaitan antara virtual maupun aktual. Sistem input data akan menjadi sangat penting untuk mendukung terbangunnya big data. Sistem-sistem input data dapat diperoleh dari pengguna secara proaktif atau melalui sharing data antar back office juga dari sistem-sistem informasi komunikasi yang di-input melalui CCTV dan jaringan-jaringan lainnya.
Kegunaan big data akan mengembangkan fungsi aplikasi semakin cerdas dalam menganalisis maupun untuk menemukan solusi. Sistem big data memerlukan energi besar untuk menampung dan mengaplikasikan melalui sistem-sistem analisis program. Produk-produk yang dihasilkan mampu memberikan petunjuk untuk prediksi, antisipasi, dan solusi.
Kompetensi bagi petugas cyber cops salah satunya adalah peng-input-an, pengkategorian, pemanfaatan, dan analisis data. Hal tersebut akan menjadi kekuatan untuk mampu memberikan pelayanan-pelayanan prima yang real time dan on time dalam one gate service.
26 Maret 2018
*Isi artikel merupakan pemikiran penulis dan tidak selalu mencerminkan pemikiran atau pandangan resmi Supply Chain Indonesia.
Download artikel ini:
SCI_-_Artikel_Smart_City_-_Pola_Penanganan_Kemacetan_dan_Permasalahan_Lalu_Lintas_Bagian_1_dari_2_tulisan--.pdf (769.1 KiB, 342 hits)