JAKARTA – Dengan wabah virus corona yang mendatangkan masalah pada sektor transportasi kargo ke dan dari Indonesia, kesulitan pengiriman barang diperkirakan masih akan berlanjut selama liburan Lebaran setelah Ramadan. Pasalnya, persediaan kontainer atau peti kemas semakin menipis lantaran lonjakan permintaan pemesanan barang.
Dilansir dari Nikkei, permintaan barang seperti furniture, elektronik, dan barang-barang rumah tangga lainnya telah melonjak selama pandemi karena lebih banyak orang yang tinggal di rumah, memicu kekurangan kontainer. Upaya untuk menahan penyebaran virus di pelabuhan juga telah memperpanjang waktu bongkar muat, memperburuk kemacetan logistik.
Tarif pengiriman maritim naik dua hingga tiga kali lipat dari rata-rata dekade terakhir, demikian menurut sebagian besar penyedia logistik Jepang yang beroperasi di Indonesia yang disurvei oleh Japan External Trade Organization. Tarif pengiriman dari Asia ke Amerika Utara mulai naik sekitar bulan Juli kemarin, diikuti kenaikan biaya pengiriman ke Eropa sekitar bulan November 2020.
Salah satu rumah perdagangan Jepang mengatakan bahwa impor dan ekspor mereka terpengaruh. Perusahaan sedang bernegosiasi dengan mitra bisnis untuk menaikkan harga atau menunda pengiriman sebagai tanggapan atas kenaikan biaya. “Klien lebih cenderung menerima kenaikan harga untuk produk bernilai tambah tinggi seperti suku cadang mobil,” kata perusahaan itu.
Sementara itu, sebuah pabrikan mengatakan bahwa mereka telah diminta untuk membayar lebih untuk pengiriman. Mereka tidak punya pilihan selain menerima tarif yang lebih tinggi sehingga pengiriman sampai ke tempat tujuan sesuai rencana. Namun, beberapa klien tidak sepakat dengan kenaikan harga, membatalkan pesanan atau meminta mereka untuk menunda. Jika pengiriman tidak dapat ditunda, perusahaan seringkali membayar lebih untuk menerbangkan barang ke tujuan mereka.
Sumber dan berita selengkapnya:
https://kursrupiah.net/kemacetan-pengiriman-barang-lebaran/28179/
Salam,
Divisi Informasi