JawaPos.com – Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono menuturkan, kinerja neraca perdagangan Indonesia pada April 2022 mencatatkan rekor tertinggi, yakni surplus USD 7,56 miliar. Angka tersebut memecahkan rekor sebelumnya yang terjadi pada Oktober 2021 yang sebesar USD 5,74 miliar.
Ini juga merupakan surplus ke-24 atau dua tahun secara beruntun yang dibukukan neraca perdagangan domestik. Surplus pada periode ini didorong oleh negara mitra dagang Indonesia.
“Nilai surplus neraca perdagangan tertinggi sepanjang sejarah ialah pada Oktober 2021 yang pada waktu itu sebesar USD 5,74 miliar. Jadi, surplus kita cukup tinggi dan ini beruntun selama 24 bulan,” ujar dia dalam telekonferensi pers dikutip, Rabu (18/5).
Adapun, nilai ekspor pada April 2022 tercatat sebesar USD 27,32 miliar atau naik 3,11 persen month to month (mtm) dan secara tahunan naik 47,76 persen year on year (yoy). Sementara nilai impor tercatat USD 19,76 miliar atau turun 10,01 persen mtm, namun secara tahunan masih naik 21,97 persen yoy.
Disampaikan bahwa negara penyumbang surplus terbesar pada periode ini adalah Amerika Serikat (AS), India dan Filipina. Untuk AS surplus USD 1,6 miliar dengan komoditas penyumbangnya adalah sektor pakaian dan aksesorinya atau rajutan dan alas kaki.
Ini juga merupakan surplus ke-24 atau dua tahun secara beruntun yang dibukukan neraca perdagangan domestik. Surplus pada periode ini didorong oleh negara mitra dagang Indonesia.
“Nilai surplus neraca perdagangan tertinggi sepanjang sejarah ialah pada Oktober 2021 yang pada waktu itu sebesar USD 5,74 miliar. Jadi, surplus kita cukup tinggi dan ini beruntun selama 24 bulan,” ujar dia dalam telekonferensi pers dikutip, Rabu (18/5).
Adapun, nilai ekspor pada April 2022 tercatat sebesar USD 27,32 miliar atau naik 3,11 persen month to month (mtm) dan secara tahunan naik 47,76 persen year on year (yoy). Sementara nilai impor tercatat USD 19,76 miliar atau turun 10,01 persen mtm, namun secara tahunan masih naik 21,97 persen yoy.
Disampaikan bahwa negara penyumbang surplus terbesar pada periode ini adalah Amerika Serikat (AS), India dan Filipina. Untuk AS surplus USD 1,6 miliar dengan komoditas penyumbangnya adalah sektor pakaian dan aksesorinya atau rajutan dan alas kaki.
Sumber dan berita selengkapnya:
Salam,
Divisi Informasi