Jakarta, Beritasatu.com – Untuk mencapai target substitusi impor 35% pada 2022, pemerintah harus membenahi linkage atau jaringan distribusi antara penghasil bahan baku dengan industri di hilir. Pasalnya, pemasok bahan baku lokal cenderung mencari pasar sendiri, sedangkan industri di hilir lebih banyak mengimpor.
Menurut ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira, pembenahan jaringan distribusi sangat penting untuk menghubungkan industri hilir dengan pemasok lokal, sekaligus untuk menata persaingan harga dengan pemasok dari luar negeri.
Bhima Yudhistira menjelaskan, selama ini industri di hilir banyak yang tidak mengetahui kalau ada penghasil bahan baku di dalam negeri, misalnya untuk bidang tekstil dan otomotif, sehingga lebih memilih mengimpor karena lebih mudah atau bahkan harganya lebih murah.
Dengan menghubungkan distribusi antara industri hilir dan pemasok, lanjutnya, hal itu bukan hanya membangun efisiensi produksi apalagi di saat pandemi Covid-19 saat ini, tetapi juga dapat menjadi introspeksi bagi pemasok bahan baku lokal untuk meningkatkan kualitas dan bersaing dari sisi harga.
“Kadang dari segi kualitas baik barang, quality control, biaya produksi maupun pengiriman, pemasok lokal kalah bersaing dengan barang impor. Ini yang mungkin bisa dibantu oleh Pemerintah, mulai dari insentif untuk efisiensi produksi, kemudian pengembangan kapasitas produksinya agar unit produksinya bisa lebih murah, dan juga pembenahan biaya logistik. Sebab kadang mengambil bahan baku dari negara lain seperti di Tiongkok biayanya justru lebih murah,” kata Bhima Yudhistira, Minggu (23/8).
Sumber dan berita selengkapnya:
https://www.beritasatu.com/jeanny-aipassa/ekonomi/668651/targetkan-substitusi-impor-35-pemerintah-harus-benahi-jaringan-distribusi
Salam,
Divisi Informasi