Jakarta, Kompas – Program tol laut terbukti bisa menurunkan disparitas harga antara wilayah Indonesia barat dan timur. Namun, program tol laut harus didukung distribusi barang ke pedalaman supaya dampaknya lebih terasa.
“Dinas perdagangan bisa berperan dengan mendistribusikan barang hingga ke pedalaman atau ke pulau-pulau di sekitar karena ukuran kapal dalam program tol laut cukup besar sehingga hanya bisa bersandar di pelabuhan besar,” kata Direktur Angkutan dan Lalu Lintas Laut Kementerian Perhubungan Bay M. Hasani, Rabu (17/5), di Jakarta.
Jika distribusi ke pedalaman tak lancar, harga barang di pedalaman akan tetap tinggi. “Tol Laut hanya melayani angkutan dari Pulau Jawa ke pelabuhan-pelabuhan besar di daerah. Namun, untuk daerah yang lebih jauh dari pelabuhan, sebaiknya segera dibuat jalur distribusi antarmoda dan dikontrol pemda,” ujar Bay.
Rumah Kita ditargetkan didirikan di 30 titik. Kemenhub akan menugaskan lagi BUMN untuk menambah Rumah Kita jika jumlahnya dinilai masih kurang. Pembangunan Rumah KIta yang dikelola PT Pelni (Persero) di Timika yang dioperasikan sejak 22 April 2017 telah mengurangi harga secara signifikan. Pada Juni 2017, Rumah Kita dikelola PT Pelni (Persero) di Saumlaki bisa beroperasi sehingga akan berperan membantu mengontrol harga di Saumlaki.
Direktur Usaha Angkutan Barang dan Tol Laut PT Pelni (Persero) Harry Boediarto mengatakan, Pelni telah mengoperasikan enam trayek kapal tol laut sesuai penugasan pemerintah untuk 2016. “Okupansi untuk arus pengiriman dari daerah konsumsi rata-rata telah mencapai 80 persen. Saat ini, angkutan balik ke Jawa juga sudah mulai meningkat,” katanya.
Sumber dan berita selengkapnya:
Kompas, edisi cetak Kamis, 18 Mei 2017
Salam,
Divisi Informasi