Komitmen untuk menekan biaya logistik dan bongkar muat di pelabuhan yang dituding masih tinggi terus menjadi perhatian PT Pelabuhan Indonesia II (Pelindo) sebagai operator pelabuhan. Saat ini, rata-rata biaya logistik di Indonesia mencapai 25% dari produk domestik bruto (PDB) atau lebih tinggi dibandingkan dengan Vietnam dan Malaysia yang dapat mencapai 13%–15% dari PDB. Semakin tinggi struktur biaya logistik terhadap porsi PDB menandakan biaya logistik di suatu negara semakin tidak efisien.
Menjawab tantangan tersebut, berbagai cara untuk memberikan pelayanan yang efisiensi terus dilakukan Pelindo II, termasuk pemanfaatan teknologi digital menunjang efisiensi seperti yang sudah dilakukan beberapa negara maju di Asia dan Eropa. Asal tahu saja, operator-operator pelabuhan di dunia berlomba melakukan digitalisasi dan menciptakan business model baru. Mereka ingin mempertahankan keunggulan kompetitif. Sehingga, menilai perlu mengembangkan pola pikir digital, menerapkan teknologi smart port agar tetap produktif, ramah pelanggan, ramah lingkungan, dan efisien.
Digitalisasi pelabuhan di dunia sudah sampai pada penggunaan teknologi blockchain dengan platform yang terhubung layanan berbasis cloud, perangkat dan aplikasi seluler, serta teknologi Internet of Things (IOT) lainnya. Singapura misalnya, memanfaatkan teknologi blockchain untuk mempermudah segala aspek kegiatan kepelabuhanan. Teknologi ini dimanfaatkan untuk mempersingkat masa tunggu kapal (dwelling time), juga untuk melakukan verifikasi transaksi terkait ekspor dan impor barang. Sehingga, poses pengurusan dokumen menjadi lebih cepat.
Pelabuhan lain yang sudah melakukan digitalisasi yakni pelabuhan Rotterdam, Belanda dan pelabuhan Hamburg, Jerman. Dengan menghadirkan teknologi smart port pelabuhan-pelabuhan itu terkoneksi dengan para pemangku kepentingan. Teknologi smart port yang dikembangkan di pelabuhan-pelabuhan itu mampu mengevaluasi data infrastruktur, lalu lintas, dan pergerakan kapal serta perpindahan kargo.
Tentunya belum ada kata terlambat bagi Pelindo II untuk mengimplementasikan layanan digital di pelabuhan untuk efisiensi dan meningkatkan produktivitas bongkar muat. Apalagi, Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi, menaruh harapan pelayanan arus bongkar muat (throughput) peti kemas di kawasan Pelabuhan Tanjung Priok, khususnya dapat meningkat menjadi 8 juta TEUs tahun ini, setelah pada tahun 2018 lalu sudah mencapai 7,5 juta Twenty-Foot Equivalent Unit (TEUs).”Harapannya tahun depan dari 7,5 juta jadi 8 juta dan terus naik. Tentunya kita harus menekan biaya-biaya,”ungkap Budi.
Sumber dan berita selengkapnya:
http://www.neraca.co.id/article/124245/transformasi-digital-memacu-kinerja-pelindo-ii
Salam,
Divisi Informasi