Bisnis.com, JAKARTA – Meningkatnya permintaan untuk komoditas mulai dari kedelai hingga baja telah membuat biaya pengangkutan curah kering melonjak lebih dari 50 persen tahun ini.
Manufaktur, yang pertama kali pulih di China, sekarang mengalami percepatan di tempat lain, dan negara-negara meningkatkan pembelian komoditas untuk mengisi kembali persediaan setelah kehabisan stok selama penguncian yang memperlambat operasi pelabuhan dan memukul aktivitas ekonomi secara global.
Para analis mengatakan reli belum berakhir, dengan tarif untuk mengangkut komoditas yang tidak dikemas seperti biji-bijian, bijih besi dan batu bara, yang dikenal sebagai curah kering, diperkirakan akan tetap tinggi tahun ini dan mungkin hingga 2022.
“Jika Anda mundur sedikit dan mengingat seperti apa dunia ini dan apa sentimennya di seluruh dunia kali ini tahun lalu, ada banyak ketidakpastian. Tapi sekarang kita melihat cahaya di ujung terowongan, sektor industri sekarang membangun inventaris. Jadi itu menambah pengiriman yang kuat,” kata Burak Cetinok, kepala penelitian di Arrow Shipbroking Group, dilansir Bloomberg, Rabu (7/4/2021).
Biaya pengiriman mulai pulih karena pembeli komoditas utama China pulih dari pandemi lebih cepat daripada negara lain. Rebound manufaktur di Asia dan impor besar tanaman Amerika untuk memberi makan kawanan babi yang berkembang menaikkan harga curah kering.
Sumber dan berita selenkapnya:
https://ekonomi.bisnis.com/read/20210407/620/1377685/tren-kenaikan-tarif-kargo-curah-kering-bisa-berlanjut-hingga-2022
Salam,
Divisi Informasi.